Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sengkarut Masalah di Tubuh Polri Berkaca Kasus Polwan Bakar Suami: Pembinaan Mental hingga Patriarki

Sengkarut masalah semakin terlihat di Polri berkaca dari adanya kasus polwan membakar suaminya lantaran gaji digunakan untuk judi online.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Nuryanti
zoom-in Sengkarut Masalah di Tubuh Polri Berkaca Kasus Polwan Bakar Suami: Pembinaan Mental hingga Patriarki
Kolase Tribunnews.com
Briptu FN, polwan di Mojokerto, Jawa Timur, yang membakar suaminya sesama polisi, Briptu RDW, di Asrama Polisi Mojokerto, Sabtu (8/6/2024). Aksi itu dipicu rasa jengkel pelaku karena korban kerap menghabiskan gajinya untuk judi online. Sengkarut masalah semakin terlihat di Polri berkaca dari adanya kasus polwan membakar suaminya lantaran gaji digunakan untuk judi online. 

Reza menilai, hal itu bisa berdampak luas ke kualitas pelayanan hingga penegakan hukum oleh polisi yang kian dipertanyakan oleh masyarakat.

Kasus Polwan Bakar Suami Imbas Judi Online: Wujud Lemahnya Pembinaan Mental Polri

Pengamat Kepolisian sekaligus peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto
Pengamat Kepolisian sekaligus peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto (IST)

Pengamat kepolisian ISESS, Bambang Rukminto mengatakan peristiwa polwan membakar suaminya sendiri karena judi online (judol) menjadi wujud lemahnya pembinaan mental anggota Polri.

Bambang mengatakan adanya kultur patriarkhi di kepolisian hingga tak adanya satuan pengaduan menjadi wujud bagaimana lemahnya pembinaan mental di Polri.




"Keduanya menunjukkan lemahnya pembinaan mental anggota Polri. Secara kelembagaan, memang nyaris tidak ada satuan pengaduan yang independen terkait problematika anggota."

"Belum lagi kultur di kepolisian yang sangat patriarki. Bisa jadi keluhan-keluhan anggota polisi wanita ataupun Bhayangkari istri anggota terabaikan," kata Bambang kepada Tribunnews.com, Selasa (11/6/2024).

Selain itu, Bambang juga menduga terlibatnya anggota polisi dalam judi online adalah wujud gaya hidup hedonisme yang dianut sehingga menyebabkan pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran.

Alhasil, sambungnya, banyak polisi mencari pendapatan lain dengan cara ilegal.

BERITA TERKAIT

"Kesejahteraan personel sebenarnya sudah memadai, hanya saja karena bergaya hidup hedon justru membuat pendapatan mereka selalu kurang."

"Akibatnya, mereka mencari duit dari sumber-sumber yang tidak jelas," tutur Bambang.

Bambang pun turut membeberkan faktor lain sehingga anggota polisi justru terjerumus dalam jurang judi online seperti kelemahan mental dan pengawasan tidak efektif oleh organisasi kepolisian itu sendiri.

Di sisi lain, dia pun turut mengkritik kinerja elit kepolisian yang justru sibuk mencari jabatan di kementerian/lembaga (K/L) alih-alih memperbaiki pembinaan mental anggotanya.

"Sementara itu, alih-alih memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota, maupun membangun organisasi yang profesional, elit kepolisian malah sibuk mencari jabatan di K/L lain," tegasnya.

Prihatin Polisi Terjerumus Judol, Berimbas ke Pelayanan Masyarakat

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel
Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel (Tangkap layar kanal YouTube Baitul Maal Hidayatullah)

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri menilai kasus Briptu FN membakar suaminya sendiri karena menghabiskan gajinya untuk judol menjadi hal yang memprihatinkan.

Namun, dia juga prihatin atas anggota polisi yang justru kecanduan judi online yang notabene adalah penegak hukum.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas