Sudirman Said Belum Bicara ke Anies Soal Niatnya Maju Pilgub Jakarta: Kita Dewasa, Saling Tahu Saja
Sudirman mengatakan, obrolan spesifik belum, tapi saya kira pada tataran sesama orang dewasa kita kan saling tahu aja gitu.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudirman Said mengaku siap maju di Pemilihan Gubernur atau Pilgub Jakarta 2024.
Mantan co-captain Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024 ini bahkan telah berkomunikasi dengan beberapa partai politik untuk menjajaki peluang maju menjadi calon gubernur Jakarta.
Dirman, sapaan akrabnya, mengaku tak soal jika di waktu yang bersamaan Anies Baswedan juga maju. Ia bahkan mengaku hubungannya dengan Anies Baswedan tak ada masalah.
"Kalau saya dianggap memenuhi syarat, kemudian diberikan kepercayaan dari partai-partai dan dicalonkan, Insyaallah kita tunaikan kepercayaan itu," kata Sudirman Said dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Seperti diketahui, pada Pilpres 2024 lalu Sudirman menjadi salah satu tokoh utama di tim sukses Anies-Muhaimin. Ia adalah Co-captain Timnas Anies-Muhaimin. Sudirman dan Anies selama ini juga dikenal sangat "bestie" dan bersahabat dekat.
Lantas apa yang melatarbelakangi hingga Sudirman Said meneguhkan tekadnya untuk maju di Pilgub DKI meski nanti harus bersaing atau berebut tiket dengan Anies? Berikut wawancara lengkapnya:
Apa kesibukan Anda saat ini setelah kemarin selesai menjadi Timses Anies-Muhaimin?
Kembali mengajar, tapi banyak kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kepemimpinan, kita terus jalankan.
Dari kabar yang berkembang di publik, Anda akan maju di Pilgub Jakarta?
Pasti atau enggaknya (maju Pilgub, red) itu tergantung partai politik. Karena saya kira semua orang, kecuali Pak Ridwan Kamil ya, belum ada satu pun nama yang memperoleh tiket secara resmi dari partai-partai. Kecuali Kang Emil sama satu yang sudah mendaftar lewat jalur independen, Pak Dharma. Yang lain masih punya kesempatan yang sama, tergantung nanti keputusan partai politik.
Jadi kalau nanti saya dianggap memenuhi syarat, kemudian diberikan kepercayaan dari partai-partai dan dicalonkan, Insyaallah kita tunaikan kepercayaan itu.
Bicara Pilgub DKI, kabarnya Anies Baswedan juga akan maju. Apa yang terjadi? Apakah antara Anda dan Anies sudah pecah kongsi?
Di PDIP juga banyak nama yang dimunculkan. Di antara mereka juga teman baik. Di Golkar misalnya juga ada tiga nama yang dimunculkan. Ada Kang Ridwan Kamil, ada Mas Erwin Aksa, ada juga Pak Zaki Iskandar.
Jadi menurut saya itu bukan hal yang perlu dipertanyakan, karena semuanya punya kans. Apalagi kami (Sudirman dan Anies, red) kan bukan orang partai. Jadi bebas-bebas aja. Jadi kembali pada tadi mengenai maju tidaknya tergantung pada kesempatan politik.
Hubungan kami (Sudirman dan Anies, red) baik-baik aja, enggak ada masalah. Karena kami sejak lama sekali bersahabat, saling support dalam berjuang dan menghadapi, ini kan sebetulnya seperti public call ya.
Saya sering mengulang-ulang bahwa berpolitik itu bukan agen everybody. Jadi saya mempertimbangkan atau memutuskan untuk maju atau tidak itu bukan karena saya ingin sesuatu.
Tapi karena kawan-kawan, karena partai-partai memberikan kesempatan. Jadi di antara partai mengatakan 'coba Pak Dirman dipertimbangkan. Kalau Anda berminat'. Beberapa partai malah mengatakan 'dulu kan kami pernah usung Anda di Jawa Tengah, apakah mau kembali ke Jawa Tengah atau mempertimbangkan di arah lain.'
Jadi wajar saja kalau kemudian saya menempuh jalan ini sebagai panggilan publik.
Memangnya partai apa saja yang sudah mendekati Anda untuk maju di Pilgub Jakarta?
Saya tidak bisa mengatakan spesifik, tapi saya bisa melogiskan begini. Pada waktu Pilpres lalu saya kan membantu Pak Anies, Pak Muhaimin, dan berinteraksi dengan tiga partai. Ada Nasdem, PKB, dan PKS. Tapi sebelumnya juga kita kan berproses dengan Partai Demokrat. Keempat-empatnya punya hubungan yang baik. Apakah hubungan baik itu akan membuahkan dukungan? Itu sesuatu yang harus kita kelola bersama-sama.
Terus waktu Pilpres 2019, saya membantu Pak Prabowo. Kemudian saya juga dicalonkan oleh Gerindra sebagai calon anggota DPR. Kemudian juga oleh Gerindra dan PKS dan PKB dan PAN sebagai calon gubernur 2018. Itu juga hubungan dengan mereka baik-baik saja.
Atau kalau kita balik agak mundur, 2017 kita membantu Pak Anies. Itu juga partainya juga partai yang kita juga punya hubungan yang baik. Jadi semua perjalanan itu Insyaallah menghasilkan persahabatan, pertemanan, yang ketika ada kebutuhan seperti ini tentu kita jaga aja semuanya.
Nah sekarang di antara seluruh partai, apa yang sudah memberikan signal? Ada beberapa tapi saya kira kita harus hormati.
Bocoran warna partai juga enggak bisa disebut ya?
Jadi kalau persahabatan atau hubungan ini membuahkan dukungan atau membuahkan satu mandat, kita jalankan. Cuma kan begini, tidak mungkin saya mempertimbangkan ini semua atau melangkah sejauh ini kalau tidak ada sinyal-sinyal kalau kemungkinan itu ada.
Jadi saya melihat sebagai satu proses yang sehat saja. Kan waktunya masih panjang karena kan pendaftaran pada bulan Agustus. Sekarang masih awal Juni. Ya pendek tapi tetap masih ada waktu untuk terus saling melihat berbagai kemungkinan.
Apakah sudah bicara dengan Anies terkait niat Anda maju Pilkada Jakarta?
Obrolan spesifik belum, tapi saya kira pada tataran sesama orang dewasa kita kan saling tahu aja gitu.
Kembali saya kira Pak Anies juga melihat ini sebagai satu proses yang, ini proses publik. Jadi saya kira beliau tidak ambil ini sebagai satu personal matters atau dianggap ada gangguan hubungan antara pribadi, enggak lah.
Mengapa memilihnya maju di Pilgub DKI, bukan di Pilgub Jawa Tengah lagi?
Saya juga ditanya kenapa enggak memikirkan kembali ke Jawa Tengah. Ya, dengan guyon saya mengatakan kan sudah pernah mencoba di Jawa Tengah. Dan menurut saya Jawa Tengah itu biarkan diurus orang yang punya basis politik kuat di sana, itu satu.
Nah, Jakarta mengapa menjadi tantangan menarik? Karena menurut Undang-undang nomor 2 tahun 2024, Jakarta akan mengalami perubahan besar.
Dari yang semula Ibu Kota Negara, nanti kalau PP atau Perpresnya keluar akan menjadi kota yang bukan lagi Ibu Kota. Tapi punya status yang luar biasa tuh. Jadi pusat ekonomi, pusat bisnis, pusat jasa, pusat kebudayaan dan jangan lupa bahwa pada tahun 2045 setelah 100 tahun Merdeka, 70 persen warga kita akan tinggal di kota.
Karena itu kalau Jakarta bisa didorong menjadi role model, menjadi satu pattern bagaimana kota dibangun saya kira kan baik.
Nah apa yang mau dikerjakan, Pertama saya menyampaikan dua prinsip dulu untuk bisa mengerjakan kota Jakarta dengan baik. Nomor satu, karena perubahan besar itu akan membutuhkan konsentrasi penuh maka sebaiknya pemimpin ke depan mau siapapun itu, sebaiknya pemimpin yang bisa fokus mengurus Jakarta dan tidak meletakkannya sebagai semacam stepping stone untuk panjatan agenda politik berikutnya. Mengapa begitu? Karena memang tantangannya begitu besar. Harus ditangani dengan fokus.
Yang kedua, karena transisi dari ibu kota menjadi kota yang bukan lagi ibu kota adalah memerlukan penjabaran, koordinasi penuh dengan pemerintah pusat. Ada 15 kewenangan khusus yang diberikan kepada kota Jakarta nanti, itu kan memerlukan tektokan dengan pemerintah pusat.
Karena itu siapapun yang ke depan akan jadi gubernur, sebaiknya juga orang yang tidak punya masalah atau tidak berseberangan dengan pemerintah pusat. Jadi dua aspek itu akan menjadi modal untuk bisa mengurus kota ke depan.
Nah, kalau saya ditanya apa yang akan dilakukan? Saya kira banyak sekali tantangannya. Yang konvensional, yang sering diucapkan tentu, kita ini barusan hujan kan, hujan sejam aja udah genangan di mana-mana. Memang itu masalah menahun yang tidak ada quick fix, tidak ada cara memperbaiki yang cepat lah. Harus ada konsistensi kebijakan gitu.
Kita rangkai seluruh yang pernah dikerjakan, nanti kita tetap pelan-pelan. Kemudian yang kedua, kemacetan itu juga. Hal yang juga tidak bisa diselesaikan dengan cepat tapi harus dicari jalan keluarnya.
Paling menarik perhatian saya adalah soal kesenjangan. Jakarta ini kan tempat manusia-manusia paling kaya, perusahan besar orang paling hebat pada di Jakarta tapi juga paling menderita juga di sini.
Saya sering jalan ke kampung-kampung itu. Di tempat tempat itu air aja susah. Mungkin orang di sekitar kita mendapatkan air dengan gampang. Tapi di Warakas, Tambora, Kebon Melati, tempat-tempat kumuh itu tergantung pada air pikulan yang harganya 8 kali lipat dari air keran.
Itu sesuatu yang menantang, tetapi bagaimana menata kampung kumuh? Itu juga merupakan hal yang bisa jadikan sebagai pendobrak yang bisa tidak saja menggulirkan kegiatan ekonomi tapi juga lapangan kerja, menghasilkan perkampungan yang lebih sehat.
Saya bayangkan misalnya kampung-kampung kumuh yang sangat padat kalau kita ajak bersama sama dengan warga kita naikkan dengan satu lantai menyisakan ruang hijau, tempat beribadah tempat untuk hajatan, bermain anak anak saya kira itu akan menjadi lingkungan yang lebih sehat. Itu kembali memerlukan konsentrasi penuh dan fokus tantangan-tantangan tadi.
Kualitas udara menurut Anda menjadi fokus apa gimana?
Itu menata kampung, menata transportasi energi bagian dari ujungnya adalah kualitas udara lebih baik. Dulu kan kita pernah dapat satu angka polusi yang tinggi salah satu kita besar yang paling tinggi, betul bahwa sumber polusi datang dari kiri kanan, tapi namanya udara enggak punya KTP kan enggak bisa distop karena kamu datang dari batang atau Cirebon enggak boleh bergeser, nah itu memerlukan koordinasi dengan kiri kanan.
Nah, di sinilah barangkali konsep aglomerasi dituangkan di UUD itu menjadi penting. Nah mengapa berpikir untuk menawarkan diri untuk ke Jakarta? Karena rasa punya pengalaman bagaimana menata Aceh ketika selesai tsunami, itu juga sangat luar biasa kompleks. Kita bekerja dengan 72,882 lembaga internasional awal-awal sesuatu yang sangat dinamis. Tapi akhirnya memberikan hal yang baik.
Itu juga Jakarta akan begitu ada aspek manajemen, ada aspek koordinasi dengan pemerintah ada aspek pusat ada aspek kolaborasi dengan tiga pilar, bisnis pemerintah dan masyarakat sipil. Nah ini hal ini tantangan menurut saya cukup besar ditangani.(tribun network/mam)