Wawancara Eksklusif dengan Dewi Praswida: Paus Fransiskus Junjung Rasa Toleransi Umat Beragama
Bagi alumni penerima beasiswa Yayasan Nostra Aetate di Vatikan Dewi Praswida, kedatangan Paus Fransiskus sangat dinantikan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Erik S
Pada saat itu karena habis ke luar kota ya. Saya ingat betul itu, saya tuh setengah tujuh pagi, itu sudah dijemput sama Romo Markus. Itu beliau adalah salah satu Romo dari Ordo SVD yang bertugas di Vatikan.
Itu sudah dijemput bersama teman saya dari Afrika. Terus saya tuh sudah sampai di Vatikan, di Basilica Santo Petrus sebelum jam tujuh. Kita duduk disana itu baru jam kurang lebih jam sepuluh.
Jadi saya tuh nunggu dari jam tujuh sampai jam sepuluh. Itu sudah jadi ketemu gak ya, teryata jadi.
Baca juga: Bunga dari Vatikan untuk Dewi Praswida, Perempuan Indonesia yang Bersalaman dengan Paus Fransiskus
Tapi sebenarnya untuk yang tiket itu, bagaimana Mbak untuk bisa mendapatkannya, kalau mbak kan dari beasiswa nih. Kalau misalkan orang lain yang ingin bertemu itu seperti apa caranya?
Kalau orang lain yang ingin bertemu mungkin bisa menghubungi Romo Markus atau mungkin melalui kedutaan barangkali ya. Saya teknis detailnya barangkali berbeda setiap tahun. Tapi beberapa teman yang bertemu dengan Paus itu, sejauh yang saya kenal tuh mereka biasanya dibantu dari Romo Markus.
Waktu pas Mbak nikah itu kan ada kiriman bunga dari Vatikan katanya. Bagaimana sih ceritanya sampai bisa menjalin kedekatan seperti itu, sampai pas nikah juga masih, oh ini nih yang pernah salaman sama Paus gitu ya?
Jadi saya masih terus menjalin komunikasi sih. Menjalin komunikasi itu kan gak harus kita chat dengan 24 per 7 gitu. Misal, kadang ada apa gitu, saya cerita misalnya melalui Romo Markus dan beberapa teman saya yang tinggal di satu asrama itu, kebetulan mereka tuh sudah pada pindah semua kan.
Tapi kita masih berkomunikasi gitu. Kebetulan teman-teman saya yang saya kenal di sana itu, mereka gak suka nih punya grup WhatsApp, mereka lebih suka kayak Facebook gitu. Jadi meskipun kata orang, oh udah gak jamannya ini, saya tetep main, karena itu jadi media saya berkomunikasi dengan teman-teman.
Dan waktu itu kebetulan saya berkabar ke Romo Markus. Jadi Romo Markus tuh ibadahnya sudah menganggap saya tuh seperti anaknya sendiri mbak. Beliau tuh selalu mengabarkan gimana kuliahnya, kerjanya nyaman gak dan sebagainya.
Waktu itu lalu saya mengabarkan Romo, doanya ya saya mau nikah gitu. Saya kaget juga kok.
Baca juga: Perjuangan Cia Bocah Asal Serpong Salaman dan Dapat Hadiah Permen dari Paus Fransiskus
Kita balik lagi nih, waktu pas di Vatikan, itu suasananya gimana sih mbak? Kan mbak ini sebagai seorang muslim ya, terus berhijab juga gitu. Jadi kan agak sedikit mencolok gitu ya. Tapi gimana sih rasanya pengalamannya waktu di sana?
Oke, kalau suasananya tentu berbeda ya mbak. Tapi ada yang sama, yaitu toleransinya.
Indonesia ini kan sangat toleran ya bagi saya ya. Di Vatikan itu juga sangat toleran. Ada hal yang menarik itu gini, di sana itu kan Romo Suster itu kan berseliweran ya istilahnya.
Maksudnya kemana-mana dan pakai Collar, pakai pakaian identitas mereka lah gitu. Jadi tempat tinggal saya itu di biara pasionis. Satu pekarangan sih, saya gak di pastoran tapi satu pengarangan gitu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.