Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Kebijakan Publik Tanggapi Terbitnya Perpres Nomor 42 Tahun 2024

Pengamat Kebijakan Publik menanggapi adanya Perpres nomor 42 tahun 2024 dan meminta untuk pemerintah pertimbangkan dengan matang.

Editor: Content Writer
zoom-in Pengamat Kebijakan Publik Tanggapi Terbitnya Perpres Nomor 42 Tahun 2024
Istimewa
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio. 

Meskipun pekerjaan Hutama Karya sedang ramai, seperti Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) dan di Priok, kekuatan BUMN ini terbatas karena aset dan liability serta berbagai macam instrumen finansialnya belum tentu sedang baik.  

Agus berharap, pengerjaan JTTS dilakukan dengan normal sehingga Hutama Karya tidak terjebak pada persoalan perawatan dan operasional yang menjadi mahal. Sementara itu, lalu lintas harian rata-rata (LHR) belum bisa banyak. 

“Kontraktor waktu bangun kan pinjam uang dari bank. Ketika sudah ditentukan berapa LHR-nya tidak mencukupi, dia harus menombok, enggak tahu apakah jual obligasi atau apa,” ujarnya.

Lakukan perencanaan matang dan utamakan kualitas

Perpres 24 Nomor 2024 memperluas jangkauan Trans-Sumatera dan baik untuk Hutama Karya karena pembiayaan tol Sumatera mahal. Terkait hal itu, Agus meminta pengembang yang berdiri pada 1961 itu menyelesaikan ruas utama tol, yakni dari selatan sampai ke Banda Aceh Utara.

“Bukan di cabang-cabang. Kalau dilihat di-list, itu banyak cabang-cabangnya. itu belakangan saja. Yang penting jalur utamanya selesai. Itu saya, tidak tahu gimana politiknya, tidak tahu ke samping kiri kanan,” ujarnya. 

Dia menyebutkan, penting bagi Hutama Karya untuk melakukan perencanaan yang matang dan memastikan bahwa proyek tersebut tidak hanya selesai tepat waktu, tetapi juga memiliki kualitas yang baik.

Berita Rekomendasi

“Evaluasi saya selama ini, pembangunan infrastruktur itu jatuhnya atau jebolnya di soal tanah konstruksinya. Misalnya, bikin bangunan jalan tol dengan semen, tetapi batunya tidak di-crossing, tidak diremat atau dihancurkan sehingga semen tidak mengikat batu itu,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, ketika ada truk-truk over dimension/overloading (ODOL) yang melewati jalan tersebut akan membuatnya cepat rusak karena pengurukan tanah di awal konstruksi yang masih berongga akibat waktu pembangunan yang cepat.

“Penyebab rusak karena ada ODOL. Pemerintah belum bisa menghentikan ODOL. Nah, jadi khawatir kalau di tengah Sumatera ODOL juga akan merajalela,” katanya.

Ia juga mengapresiasi realisasi proyek pembangunan Hutama Karya yang telah mengerjakan lebih dari 1.000 kilometer (km).

“Selama ini, sih, baik-baik saja, cukup dahsyat gitu. Saya minta hati-hati soal finansialnya karena metode yang digunakan pemerintah adalah KPBU,” pungkasnya. (*)

Baca juga: Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Dikebut, Hutama Karya Telah Bangun 1.021 Km Ruas Tol

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas