Pantau Perkembangan Jumlah Penduduk Secara 'Real Time', Indonesia Kini Punya Jam Populasi
BKKBN Jawa Timur meluncurkan 'Jam Populasi' yang bisa menginformasikan mengenai perkembangan data kependudukan setiap detik atau real time.
Penulis: willy Widianto
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur meluncurkan 'Jam Populasi' yang bisa menginformasikan mengenai perkembangan data kependudukan setiap detik atau real time.
Kepala BKKBN Dokter Hasto mengatakan melalui 'Jam Populasi' tersebut bisa diketahui bahwa jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur sebanyak 41.820 873 jiwa dengan jumlah kelahiran sebanyak 602.283 jiwa dan jumlah kematian 313.670 jiwa.
"Population clock ini update datanya tiap detik (real time). Jadi, Provinsi Jawa Timur sangat luar biasa dan Population Clock ini memang sangat dibutuhkan," kata Dokter Hasto dalam pernyataannya saat peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024 Tingkat Provinsi di Surabaya, Jawa Timur, Rabu(10/7/2024).
Dokter Hasto menyebut Jawa Timur menjadi provinsi pertama di Indonesia yang sudah menerapkan 'Jam Populasi'.
"Saya kaget tadi pas proses peluncuran Population Clock, karena baru tingkat nasional yang sudah menggunakannya. Jatim merupakan provinsi pertama di Indonesia yang sudah menerapkan Population Clock," ujarnya.
Baca juga: Menkes Dukung Kebijakan Penduduk Tumbuh Seimbang, Ini Respons Kepala BKKBN
Sementara itu Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono mengatakan, pada peringatan Harganas tingkat provinsi tahun ini Kota Surabaya menjadi tempat penyelenggaraan karena berbagai capaian baik berhasil ditorehkan kota ini.
Satu capaian yang dinilai berhasil itu adalah percepatan penurunan stunting. Tercatat, prevalensi stunting di Kota Surabaya mengalami penurunan signifikan dari 28,9 persen (SSGI 2021) menjadi 4,8 persen (SSGI 2022) dan 1,6 persen (SKI 2023).
Angka prevalensi ini berada jauh di bawah target nasional tahun 2024 sebesar 14 persen.
Baca juga: Kepala BKKBN Dokter Hasto Merinding Datang Ke Luwu dan Palopo, Ada Apa?
"Jawa Timur akan terus berupaya untuk menurunkan prevalensi stunting. Meskipun dari hasil SKI Tahun 2023 angka prevalensi stunting di Jawa Timur mencapai 17,7 atau turun 1,5, kami berharap tahun 2024 bisa mencapai target 14 persen," kata Adhy.
Adhy menambahkan capaian itu tidak terlepas dari kerja keras para pemangku kepentingan dan dukungan kebijakan yang sama-sama fokus pada penurunan angka stunting di Jawa Timur.
Namun, diingatkan, ada beberapa hal yang patut diperhatikan dan dijaga bersama, bahwa penurunan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Ini karena ada beberapa kabupaten/kota yang angka stuntingnya cenderung naik.
Ia mengatakan patut untuk dipertahankan bagi daerah yang prevalensi stuntingnya sudah turun.
"Capaian nasional juga kita harapkan dapat turun signifikan di akhir 2024, dengan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi penyangga nasional," ujarnya.
Pada momen peringatan Hari Keluarga Nasional tingkat provinsi ini, Andhy mengajak semua pihak untuk bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing, agar amanat dan mandat Presiden perihal penurunan prevalensi stunting dapat diwujudkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.