TB Hasanuddin Sebut Pembobol PDN Pesanan dari Kelompok yang Punya Kepentingan Tertentu
TB Hasanuddin menilai hacker atau pembobol Pusat Data Nasional (PDN) Sementara merupakan pesanan dari pihak tertentu.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
Dan terakhir, sudah mengembalikan. Tetapi, menurut data yang saya terima, informasi, ada beberapa, terutama data soal pemilu, imigrasi, yang memang sudah blank. Sudah diambil lah.
Dan konon, hackernya itu adalah ada titipan. Ada pesanan lah. Bukan titipan. Ya, ada pesanan tertentu gitu ya. Dari kelompok yang punya kepentingan tertentu.
Pak TB, di sosial media itu beredar satu analisis dari para pakar bahwa bobolnya Pusat Data Nasional itu ada kaitan dengan situs-situs judi yang ditutup.
Jadi, kasarnya itu yang berkepentingan terhadap jebolnya server ini atau Pusat Data Nasional ini adalah orang-orang yang terafiliasi dengan judi online?
Bisa saja tetapi ada orang yang ketakutan kalau data itu hilang. Kalau data itu masih terus ada. Ini harus dihancurkan. Atau dibuang. Nah, begitu. Itu lebih urgent dari sisi intelijen.
Jadi yang tadi kan yang disampaikan tadi informasi yang datang tuh, eh yang hilang itu adalah data pemilu dan imigrasi. Berarti ada orang yang berkepentingan agar data pemilu dan data imigrasi ini hilang?
Ini menarik. Kita diskusikan pada sesion yang lain.
Tapi yang pasti bahwa Komisi I membawahkan Kominfo, apakah ada rencana untuk kemudian melakukan RDP lagi untuk melihat progres dari perlindungan terhadap data nasional ini?
Progres itu kami dapat sekarang ini, tetapi tidak resmi ya. Walaupun dikembalikan, ya percuma saja, karena data itu ternyata sudah pindah tangan. Terutama data-data yang penting itu.
Tetapi memang ke depan kita jangan lagi menganggap urusan data pribadi dan data nasional itu sesuatu hal yang sepele. Ini objek vital.
Di negara-negara maju, ya, angkatan bersenjatanya itu ada angkatan darat, laut, udara dan kemudian cyber. Karena perang yang akan datang tidak lagi lari-lari. Bukan cuma fisik gitu ya?
Iya, semua mungkin pakai knop, sambil ngerokok begini, pencet-pencet sana, dan semua menggunakan ruang udara, di dalamnya itu menggunakan IT, menggunakan kode-kode dan sebagainya. Karena kalau itu dijamming, dihacker, selesai. Kelar.
Begitu. Uang bapak, banyak begitu juga. Lalu bisa dipindahkan, tek-tek ilang. Begitu. Karena kita masuk ke dunia IT seperti ini. Risikonya ya berat, kecuali kalau misalnya masih menyimpan uang di bawah bantal, beli pakai rupiah, jalan sendiri, ya barter, bahkan mungkin dengan pisang dan beras.
Oke lah, aman itu. Tapi kalau pakai digital dan sebagainya, apa, live-in apa ya, semua sudah menggunakan IT.