Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Abu Fatih Cerita Awal Keterlibatan di JI hingga Jadi Saksi Meninggalnya Pimpinan JI Abdullah Sungkar

Keterlibatan Abu Fatih di gerakan berbasis keagamaan ini dimulai dari beberapa dekade lalu, ketika ia masih muda.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Abu Fatih Cerita Awal Keterlibatan di JI hingga Jadi Saksi Meninggalnya Pimpinan JI Abdullah Sungkar
Tribunnews/Sigit Ariyanto
Abu Fatih alias Abdullah Anshori, eks Ketua Mantiqiyah II Jamaah Islamiyah. Abu Fatih cerita awal mula keterlibatannya di Jamaah Islamiyah. 

Menurut Abu Fatih, paket bantuan besar Syekh Usamah bin Laden kemudian dialihkan ke medan konflik Bosnia Herzegovina.

Ditanya bagaimana reaksi Abdullah Sungkar saat itu, Abu Fatih mengatakan Abdullah Sungkar bersikap biasa-biasa saja.

Sesudah itu, Abu Fatih melanjutkan aktivitas gerakan JI di wilayahnya sebagai Ketua Mantiqi II.

Wilayahnya meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, NTT.

Pada 1999 Abdullah Sungkar yang pulang dari Malaysia, tak lama kemudian wafat di Bogor, Jawa Barat.

Abu Fatih turut jadi saksi bagaimana pemimpin JI itu mendadak meninggal dalam posisi sedang istirahat.

Dinamika internal JI terjadi menyusul kematian Abdullah Sungkar.

BERITA TERKAIT

Ustaz Abdus Somad alias Abu Bakar Baasyir konon menggantikan posisi almarhum sebagai Amir JI.

Belakangan Abu Bakar Baasyir malah tiba-tiba mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan jadi pemimpinnya.

Abu Fatih mengakhiri tugasnya sebagai Ketua Mantiqiyah II pada 2001. Ia digantikan Nuaim alias Abu Irsyad.

"Sejak 2001 saya sudah tidak tahu apa-apa lagi mengenai kegiatan jamaah ini," kata Abu Fatih.

Ia berdiam diri, menjaga jarak di luar gerakan, sampai suatu ketika yang ia tidak ingat lagi kapan persisnya, didatangi aparat Densus 88 Antiteror Polri.

Ada dua perwira yang menemuinya di rumah, dan meminta dirinya membuat pernyataan tertulis telah keluar dari JI.

Terjadi diskusi panjang, dan Abu Fatih lantas bertanya apakah dengan membuat pernyataan itu dia juga akan dianggap keluar dari keyakinannya.

Dijelaskan pernyataan keluar dari JI itu tentu tidak ada kaitan dengan keyakinan.

Abu Fatih lantas memenuhi permintaan aparat negara itu dengan segala pertimbangan pribadinya.

Hingga kemudian pada 2024 ini, terjadi dinamika lagi di JI yang berujung pada pernyataan akhir organisasi itu bubar atau membubarkan diri pada 30 Juni 2024.

Abu Fatih merasa sangat senang dan lega para tokoh utama JI, para junior dan murid-muridnya menyadari ada yang salah dengan arah perjuangan mereka.

Ia mengikuti proses-proses menuju keputusan akhir itu, termasuk mendampingi saat tokoh-tokoh utama JI dan afiliasinya berkumul di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Ketokohan Abu Fatih bisa dibaca dalam risalah pertemuan Sentul Bogor butir ke-13 tentang kepemimpinan Jamaah Islamiyah.

Disebutkan sesudah wafatnya Abdullah Sungkar, tidak ada pemimpin baru JI yang resmi menggantikannya. Abu Fatih disebut sebagai saksi hidupnya.

Kini Abu Fatih memilih hidup tenang sebagai warga biasa saja.

Ia mengisi hari-harinya berkebun pisang di sebuah lokasi di Colomadu, Karanganyar.

Dalam pernyataan akhirnya, Abu Fatih atas nama eksponen dan jamaah eks JI berterima kasih kepada aparat keamanan yang membuka wawasan mereka lewat dialog.

"Akhirnya pikiran mereka mengalir hingga pada keputusan membubarkan diri tanpa tekanan," kata Abu Fatih yang menekankan dialog itu sudah berjalan begitu panjang.

Ia pribadi mulai merasakan pikiran-pikiran itu sejak 2021.

Banyak di antara mereka punya pikiran sama, ada perasaan ragu, dan belum bisa bersikap.

"Ragu tentang kebenaran kami kalau kami harus membangun konflik dengan negara. Dengan kesadaran ini kami berpijak pada syariah, mencari jalan islah," kata Abu Fatih. (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas