DPO 10 Tahun, Sabarno Cerita saat Densus Tangkap Sabarno KW, Kini Ingin Hidup Normal Pasca JI Bubar
Sabarno pernah dikirim kursus singkat ke wilayah Moro atau MILF di Mindanao. Lalu terjun ke konflik Ambon, dan paling jauh ke Suriah.
Editor: Dewi Agustina
Setelah lama di Kalimantan, Sabarno kembali masuk ke Jawa sampai terakhir ia berpindah-pindah di seputaran Bekasi hingga Cikarang.
Selama dalam pelarian itu, Sabarno sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan jamaah lain terkait kegiatan organisasi.
Jalur komunikasinya juga sangat terbatas karena diawasi, dilacak, dan dijejaki oleh para pemburu dari Densus 88 Antiteror.
Ia tidak pernah menggunakan telepon seluler, laptop, atau peranti lunak lain untuk berhubungan dengan teman dan kerabatnya.
Sabarno kembali ke jalur komunikasi tradisional, misalnya menggunakan kurir atau telepon jadul.
"Saya tahu saya terus dicari dan dilacak," kata pria yang memiliki lima orang anak ini.
Sabarno juga membatasi diri saat berselancar di dunia maya.
Ia menghindari penggunaan mesin pencari dan menggunakan kata-kata kunci yang berhubungan dengan terorisme dan gerakan radikal.
"Semua diawasi. Pokoknya entah bagaimana caranya, alat apa yang mereka pakai, menggunakan kata-kata tertentu, misal jihad, bisa jadi jalur pelacakan," jelasnya.
Karena itu selama berpindah-pindah lokasi pelarian, Sabarno menjauhkan dari kesalahan dengan melakukan kecerobohan di dunia maya.
Ia hanya seringkali mencari hiburan dengan menonton video drama sejarah.
"Saya suka nonton Ertugrul (serial drama Turki Ertugrul Ghazi Urdu)," katanya diiringi tawa.
Apakah pernah merasa di jarak dekat dengan pemburunya?
Sabarno mengaku beberapa kali ia memiliki feeling sedang dibuntuti.
"Insting saya beberapa kali mengatakan, mereka sudah sangat dekat," jawab Sabarno.
Tapi Sabarno menggunakan pengetahuan dan teknik lapangan yang dikuasainya untuk menghindar.
Semua prajurit khusus JI memiliki kemampuan itu. Mereka menguasai teknik kontra intelijen, guna menghadapi kejaran aparat keamanan.
Sabarno KW
Ada hal menarik yang ia dengar dan lihat pada 2016 dari pemberitaan media. Aparat keamanan menciduk seseorang di Magetan bernama Sabarno.
Sabarno alias Gatot Witono dari Magetan ini disebut sebagai kepala toliah JI wilayah timur yang bertugas pelayanan logistik jaringan organisasi.
Atribusi sama yang dimiliki Sabarno asal Karanganyar dan disematkan ke Sabarno Magetan.
"Itu sih Sabarno KW, Sabarno kaleng-kaleng," selorohnya kepada Tribun.
Jadi Sabarno ‘ori’ ini tidak pernah berhasil diringkus aparat Densus 88 Antiteror sejak ditetapkan buron atau DPO.
Sampai akhirnya sekira Mei atau menjelang Juni 2024, Sabarno yang tengah berada di Madiun mendengar dari temannya, JI akan bubar atau membubarkan diri.
"Saya mulanya ya syok, kok bisa sampai begini. Akhirnya saya tabayun ke senior, dan mendapat penjelasan lengkap, dan pada akhirnya bisa menerima," aku Sabarno.
Bersamaan dengan proses itu, Sabarno akhirnya juga memutuskan kooperatif dengan aparat keamanan sesuai petunjuk para senior JI.
Lewat tokoh senior JI di Solo, Sabarno akhirnya dipertemukan dengan tim Densus 88 Antiteror, dan selanjutnya dilakukan pengembangan.
Dari Sabarno akhirnya terungkap tempat persembunyian logistik albas atau alat bahan senjata JI di Solo Raya.
Termasuk Sabarno dan teman-temannya menunjukkan lokasi pembuangan sepucuk senapan M-16 ke Bengawan Solo.
Penyisiran lapangan, termasuk akhirnya penyelaman di Bengawan Solo, menemukan benda yang dicari dalam kondisi masih utuh.
Senapan M-16 itu aset organisasi JI yang merupakan warisan masa konflik Ambon, yang lalu dibawa pulang ke Jawa.
Nasib Sabarno Kini
Lalu bagaimana nasib Sabarno setelah JI bubar atau membubarkan diri?
Sabarno mengaku ingin kembali hidup normal di tengah masyarakat, mengurus keluarganya.
Ia juga akan membantu aparat keamanan dan para senior eks JI.
"Masa transisi ini saya akan membantu sosialisasi keputusan bubarnya JI ke jaringan dan akar rumput," katanya.
Sabarno juga akan patuh pada proses hukum.
"Terserah bagaimana nanti gakkum (penegakan hukum), saya patuh saja ikut bagaimana prosesnya," jelas Sabarno.
Sumber di lingkaran Densus 88 Antiteror mengatakan, penegak hukum tetap akan memproses mereka-mereka para buron atau DPO eks JI secara proporsional.
Namun proses itu akan mengikuti pendekatan intensif yang dilakukan Densus 88 Antiteror yang semakin persuasif dan berorientasi restoratif justice. (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.