Misi Lain KRI Teluk Weda-526: Menangkan Hati Anak-anak di Indonesia Timur Perangi Keterbelakangan
kapal perang TNI Angkatan Laut dari Satuan Kapal Amfibi Koarmada III, KRI Teluk Weda (TWD) - 526 membuktikan ketangguhannya dalam mengarungi lautan.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
"Jadi motivasinya itu hanya untuk meningkatkan minat belajar membaca, dan karena saya muslim hanya untuk amal jariyah. Jadi saya berpikiran bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan di setiap sudut kota," kata dia.
'Musuh-musuh' yang Harus Ditumpas
Kesadaran Ricky akan pentingnya minat baca bagi anak-anak tidak serta merta timbul begitu saja.
Ketika bertugas di awal-awal kariernya sebagai perwira Angkatan Laut, Ricky miris dengan rendahnya motivasi membaca atau belajar anak-anak di pesisir Indonesia Timur.
Saat ia bertugas di Komando Armada Timur sekira tahun 2004 di Sorong, Ricky mengaku menemui anak-anak di sana sebagian besar belum bisa membaca bahkan hingga jenjang usia kelas 4 SD.
Mereka, kata Ricky, tidak terlalu peduli dengan sekolah mereka melainkan hanya peduli tentang bagaimana berdagang atau mendapatkan ikan sebagaimana orang tua mereka yang kebanyakan nelayan.
Di sisi lain, ia mendengar dari sejumlah guru sekolah yang ia temui di sana dalam situasi dilematis.
Guru-guru di sana, kata Ricky, kerap terpaksa menaikan kelas anak-anak di sana meskipun secara kemampuan baik itu membaca atau pelajaran lainnya belum layak.
Namun di sisi lain, lanjut dia, guru-guru di sana tetap harus menaikan kelas anak-anak di sana karena mereka tidak mau bersekolah lagi ataupun orang tua mereka akan marah bila anak-anaknya tidak dinaikan kelas.
Di samping itu, kata Ricky, mereka bahkan tak punya cita-cita untuk bisa mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik dari orang tuanya.
Untuk membangkitkan minat baca anak-anak itu, ia pun menggelar lomba membaca puisi, menggambar, mewarnai, hingga bercerita bagi anak-anak pengunjung KRI TWD - 526.
"Kami memberikan buku-buku ini juga sebagai program untuk literasi. Bisa mencerdaskan anak-anak bangsa yang khususnya ada di wilayah pesisir. Sehingga mereka belajar mengetahui apa isi bumi, isi dunia, tentang seluruh pelosok Indonesia," kata dia.
"Bukan cuma sekadar, mohon maaf, dagang maupun menjadi nelayan. Karena mereka tahunya hanya sekadar ikan, menjadi nelayan, dan berdagang. Itu yang saya mau trigger di sini bahwasanya kalian punya cita-cita harus lebih tinggi, lebih hebat," sambung dia.
Namun demikian, misi mulia tersebut bukan berarti tanpa tantangan.
Satu di antaranya adalah pesimisme dan stigma yang melekat terhadap anak-anak Indonesia Timur yang kerap dikaitkan dengan malas belajar.
Ricky mengaku, masih ada kolega-koleganya di lingkungan TNI yang memandang bahwa anak-anak di Indonesia Timur lebih suka diberikan makanan atau sembako ketimbang dibawakan buku.
Namun ternyata, pesimisme dan stigma tersebut terbantahkan ketika perpustakaan kapal perang tersebut digelar.
Selain itu, ia juga harus menghadapi besarnya antusiasme masyarakat sekaligus keterbatasan waktu dan tenaga yang ia dan krunya miliki.
Anak-anak dan masyarakat, kata dia, justru banyak yang datang melebihi jumlah siswa sekolah-sekolah yang ia undang.
Bahkan, ia kerap harus terpaksa menutup perpustakaan tersebut karena banyak anak-anak atau pengunjung yang masih ingin membaca di kapal tersebut hingga pukul tengah malam meskipun jam kunjungan telah dibatasi hanya hingga pukul 18.00.
Di samping itu, lanjut dia, ada juga warga di pesisir yang tak bisa masuk ke kapal karena tak lolos pemeriksaan misalnya karena membawa senjata tajam atau memakai atribut bernuansa politik.
Untuk itu, prosedur pemeriksaan keamanan kepada pengunjung kapal tetap dijalankan secara ketat mengingat bagaimanapun KRI TWD - 526 adalah kapal perang.
"Armada tidak memerintahkan kami membuka perpustakaan apung. Tapi ini inisiatif dari saya dengan rekan-rekan semuanya. Kalau cuka sekadar sandar di suatu tempat terus cuma berenang atau olahraga biasa," kata dia.
"Tapi kalau kita punya keluarga baru, persahabatan dengan masyarakat, ada manfaatnya, itu bagian dari Sumpah Prajurit dan Sapta Marga kami, semuanya kami berikan kepada bangsa dan negara," sambung dia.
Curi-Curi Baca di Toko Buku
Masa kecil Ricky sebagai anak seorang Prajurit Angkatan Laut turut membentuk apa yang ia kerjakan sekarang.
Saat usia 5 sampai 7 tahun, anak dari Perwira Logistik TNI AL itu ikut orang tuanya berdinas di Pulau Weh Sabang.
Saat itu, ia mengaku kesulitan mendapatkan buku-buku kesukaannya khususnya komik.
Alhasil, ia pun harus menunggu kiriman eyangnya yang berada di Pulau Jawa untuk bisa membaca komik Asterix dan Obelix kesukaannya.
Tak hanya itu, setelah beranjak remaja pun hobi membaca masih melekat di dirinya.
Terkadang, dirinya harus mencuri-curi membaca buku di sudut-sudut toko buku seperti Toko Buku Gramedia maupun Toko Buku Gunung Agung.
Hal itu dilakukan karena ayahnya yang hanya membelikannya buku saat gajian.
Selain itu, ketika kuliah Magister di French War College pada Januari sampai Juni 2020, ia pun berkesempatan keliling di 18 negara Eropa.
Saat berkelling itu ia mendapati fakta begitu tingginya minat baca masyarakat di negara-negara Eropa yang pernah ia singgahi.
Hal itu, kata dia, satu di antaranya ditunjukkan dengan adanya tempat-tempat untuk membaca atau mendonasikan buku di ruang-ruang publik negara-negara tersebut.
Di samping itu, dirinya pun mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana memenangkan hati rakyat dari perkuliahan yang ia jalani selama di Prancis.
Namun, ia meyakini anak-anak Indonesia adalah anak-anak yang hebat.
Mereka, lanjut dia, tidak ada bedanya dengan anak-anak yang dari Eropa atau belahan dunia yang lain.
Anak-anak Indonesia, kata dia, punya motivasi dan keinginan untuk membangun negara ini dengan kemampuan mereka.
"Inilah yang ingin saya bangkitkan kepada mereka bahwasanya mereka mampu berkembang dan membangun daerahnya serta bangsa ini menjadi jauh lebih baik," kata Ricky.
Baca juga: Kemensos Kirim Bantuan ke Pulau Kei Besar, Mensos Risma Ikut Berlayar 30 Jam Naik KRI Teluk Weda
"Karena dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan mereka bisa membangun Indonesia. Dan harapan saya ayo kita bangkit bersama membangun Indonesia jauh lebih baik dengan pengetahuan. Tidak hanya sekadar bermalasan atau bergadget dan game online," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.