Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Hari Puisi Indonesia 26 Juli 2024, Lengkap dengan Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar

Berikut sejarah Hari Puisi Indonesia yang diperingati pada hari ini, 26 Juli 2024, lengkap dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar.

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Sejarah Hari Puisi Indonesia 26 Juli 2024, Lengkap dengan Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar
kemdikbud.go.id
Chairil Anwar - Berikut sejarah Hari Puisi Indonesia yang diperingati pada hari ini, 26 Juli 2024, lengkap dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah Hari Puisi Indonesia yang diperingati pada hari ini, 26 Juli 2024, lengkap dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar.

Hari Puisi Indonesia diperingati setiap tanggal 26 Juli.

Tahun ini, Hari Puisi Indonesia jatuh pada Jumat, 26 Juli 2024.

Ditetapkannya Hari Puisi Indonesia ini tidak terlepas dari sosok penyair Indonesia yaitu Chairil Anwar.

Sejarah Hari Puisi Indonesia

Sejarah Hari Puisi Indonesia terdapat 2 versi, namun keduanya tetap berkaitan dengan Chairil Anwar.

Di Indonesia, hari puisi diperingati sebanyak dua kali yaitu Hari Puisi Nasional pada 28 April dan Hari Puisi Indonesia pada 26 Juli.

Tanggal 28 April merujuk pada peringatan hari wafatnya Chairil Anwar yang ditetapkan oleh Soetomo pada tahun 1928.

Berita Rekomendasi

Perayaan ini ditetapkan untuk bentuk penghormatan terhadap puisi “Indonesia Menangis” yang ditulis oleh Chairil Anwar, dikutip dari laman resmi Kemdikbud.

Sementara tanggal 26 Juli merupakan tanggal kelahiran Chairil Anwar.

Pertama kali Hari Puisi Indonesia ditetapkan oleh Presiden Sastrawan Indonesia Sutardji Calzoum Bachri dan didampingi 40 sastrawan se-Indonesia di Anjungan Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau pada 22 November 2012.

Mengutip dari selumakab.bawaslu.go.id, Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisinya yang mendobrak.

Baca juga: 35 Link Twibbon Hari Puisi Nasional 2024, Beserta Cara Membuatnya

Puisi pertamanya yang berjudul 'Aku' dirilis pada tahun 1943.

Puisi bertema perjuangan ini dimuat di majalah Timur pada tahun 1945.

Puisi ini dianggap sebagai puisi yang besar pengaruhnya pada Angkatan 45.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa puisi karya Chairil Anwar lainnya yang bertema perjuangan.

Di antaranya puisi yang berjudul "Karawang-Bekasi”, dan “Diponegoro”.

Selain tema perjuangan, Chairil Anwar juga menuliskan beberapa puisi dengan tema percintaan dan perenungan.

Judul puisi karya Chairil Anwar yang bertema percintaan yaitu "Senja di Pelabuhan kecil”, “Doa”, dan “Selamat Tinggal”.

Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memajukan kebudayaan Indonesia.

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar

Berikut beberapa puisi karya Chairil Anwar yang terkenal:

1. Aku (1943)

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

2. Karawang-Bekasi (1948)

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapa yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Ataukah sebenarnya kami tak pernah punya apa-apa
Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga bung karno
Menjaga soekarno
Menjaga bung hatta
Menjaga hasta

3. Diponegoro (1943)

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

4. Senja di Pelabuhan Kecil (1946)

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Hari Puisi Nasional dan Chairil Anwar

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas