Pelajar yang akan Lakukan Bom Bunuh Diri di Tempat Ibadah Batu Ditangkap saat Buang Bahan Peledak
Pelajar HOK ditangkap saat mau membuang bahan peledak. Adapun HOK merupakan terduga teroris yang bakal melakukan bom bunuh diri di dua tempat ibadah.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pelajar berinisial HOK (19) yang bakal melakukan bom bunuh diri di tempat ibadah di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, ditangkap saat akan membuang barang bukti, salah satunya bahan peledak.
HOK ditangkap oleh Densus 88 Antiteror di Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Malang, Jawa Timur pada Rabu (31/7/2024) lalu sekira pukul 19.15 WIB.
Dia disebut berencana untuk melakukan bom bunuh diri di dua tempat ibadah di Batu dan diduga simpatisan jaringan Daulah Islamiyah.
"Pada saat ditangkap, yang bersangkutan sedang dalam aktivitas untuk membuang beberapa barang bukti."
"Yang setelah kita selidiki, barang-barang yang dibuang tersebut sebagiannya adalah barang-barang yang tadinya akan digunakan untuk membuat bahan peledak," ujar Kabagbanops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Azwin juga mengungkapkan pihaknya setelah melakukan penangkapan terhadap HOK, turut memeriksa beberapa saksi.
Namun, para saksi tersebut, ujarnya, telah dipulangkan karena tidak berkaitan dengan teror yang bakal dilakukan HOK.
Azwin menyebut salah satu saksi yang dipulangkan yaitu orang tua HOK.
Baca juga: 5 Fakta Baru soal Pelajar Terduga Teroris yang Ditangkap di Batu, Belajar Rakit Bom dari Internet
Adapun orang tua HOK merupakan orang yang turut ditangkap di Stasiun Solo Balapan, Solo, pada hari yang sama.
"Salah satunya yang dipulangkan adalah orang tuanya juga dimana saat itu diamankan di Solo saat yang bersangkutan dalam perjalanan di dalam kereta dari Malang menuju Jakarta," kata Azwin.
Azwin mengungkapkan saat orang tua HOK ditangkap di Solo, tidak ditemukan bom atau bahan peledak.
HOK Tahu Daulah Islamiyah dari Grup Medsos Tahun 2023, Dijejali Konten Propaganda
Azwin juga menjelaskan terkait kronologi HOK yang masih berusia 19 tahun bisa terpengaruh untuk melakukan teror berupa bom bunuh diri.
Awalnya, ketika Densus 88 Antiteror melakukan profiling, HOK tidak pernah mengenyam pendidikan formal setelah lulus SD.
"HOK ini memang sejak beberapa tahun terakhir, tidak melakukan pendidikan formal. Pernah sekolah di SD-IT."
"Setelah itu memang lebih banyak mengikuti pendidikan informal hingga SMA," kata Azwin.
Kemudian, Azwin menuturkan HOK mulai mengetahui adanya jaringan Daulah Islamiyah ketika bergabung dalam sebuah grup di media sosial (medsos) pada November 2023 lalu.
Setelah itu, HOK ditawari oleh seseorang di grup tersebut untuk bergabung di grup medsos lainnya.
Selanjutnya, tersangka pun mau untuk bergabung ke grup tersebut meski harus membayar sejumlah uang yang dikumpulkannya dari uang jajan.
"Yang bersangkutan membayar dengan uang jajannya seperti aplikasi sosial media, kalau mau jadi membernya berbayar kemudian masuk dalam member tersebut," kata Azwin.
Baca juga: Terduga Teroris di Batu Belajar Rakit Bom dari Internet, Densus Temukan Penyimpanan Bahan Peledak
Dalam grup tersebut, Azwin mengatakan HOK dijejali konten-konten berbau propaganda Daulah Islamiyah.
"Seperti video-video eksekusi, video-video peperangan ISIS, kemudian video tentang baiat, kemudian tentang video penjelasan tindakan-tindakan yang dilakukan ISIS sudah sesuai dengan syariat Islam."
"Konten-konten tersebut melalui sebuah grup sosial media," katanya.
Masih Penasaran, HOK Ikut Grup Medsos Lintas Negara
Karena masih penasaran, Azwin menuturkan HOK ikut grup medsos lainnya yang bersifat lintas negara.
Dia mengatakan HOK akhirnya bergabung dengan dua channel Telegram yang berisi tentang pemerangan terhadap pemerintah yang tidak menegakkan hukum Islam.
Bahkan, channel tersebut turut mengunggah video terkait cara membuat bom.
"Kemudian video-video perang Daulah Islamiyah, cara-cara membuat bahan peledak, seri-seri tahuid dalam Daulah Islamiyah, kemudian lagu-lagu dan musik berisi propaganda-propaganda," tuturnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)