Desa Terancam Aktivitas Tambang, Warga Dairi Ungkap Trauma Kehilangan Sawah Akibat Banjir Bandang
Hingga saat ini, lahan pertanian mereka tak kunjung pulih. Janji dari pemerintah setempat untuk mengembalikan lahan yang rusak hanya pepesan kosong.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehidupan warga desa Kabupaten Dairi, Sumatera Utara terancam akibat Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) Jakarta menyatakan Persetujuan Lingkungan PT Dairi Prima Mineral (DPM) sah.
Padahal, kabupaten yang beribu kota di Kecamatan Sidikalang ini merupakan kawasan yang tidak tepat untuk dijadikan kawasan pertambangan karena dilalui jalur patahan gempa.
Maka dari itu, mata pencaharian utama masyarakat Dairi untuk bertahan hidup adalah dengan bertani.
Namun, dengan adanya aktivitas pertambangan, dikhawatirkan menjadi dampak buruk bagi proses hidup dan bertani masyarakat.
Melalui konferensi pers yang digelar di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, warga Dairi, Barisman Hasugian membagikan pengalamanya yang pernah mengalami bencana ekologis.
“Ini benar-benar terjadi di tahun 2018, terjadi lah di kampung kita banjir bandang yang mematikan tujuh orang nyawa manusia dan dua orang lagi tidak ditemukan sampai saat ini,” kata Barisman, Senin (5/8/2024).
Baca juga: Motif Pembacokan Anggota TNI di Medan, Pelaku Diduga Geng Motor yang Sedang Mabuk
Hingga saat ini, lahan pertanian mereka tak kunjung pulih. Janji dari pemerintah setempat untuk mengembalikan lahan yang rusak hanya pepesan kosong.
Sisanya mereka harus menelan trauma dan rasa takut untuk bertani, apalagi jika cuaca sedang tidak bersahabat.
“Makanya kami sampai saat ini, akibat inilah kami selalu ketakutan jika kami pergi ke ladang. Kami kalau sudah datang petir atau hujan kami pulang karena mengingat yang sudah pernah terjadi,” ujarnya.
”Lahan pertanian kami belum bisa dikembalikan seperti yang dulu. Ini sebenarnya sudah kami mohonkan kepada pemerintah, tapi tidak pernah menepati janji-janji itu,” sambung Barisman.
Dalam kesempatan yang sama, Layasna Berutu juga menceritakan ihwal dampak kebocoran limbah yang pihaknya alami pada 2012 silam.
Akibatnya banyak sawah warga setempat yang hancur. Hal itu pun berdampak hingga pada hewan ternak peliharaan mereka
“2012 terjadi bocor limbah juga, mereka di lokasi itu, kemarin itu ikan masnya sangat bagus. Tapi setelah bocor limbah itu, sampai saat ini mereka tidak memelihara ikan mas karena sawah mereka mulai hancur,” cerita perempuan yang merupakan bagian dari Organisasi Perempuan Desa Dairi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.