5 Alasan Jusuf Hamka Ikuti Jejak Airlangga Mundur dari Golkar, Takut Terzalimi jika Terus Berpolitik
5 pernyataan Jusuf Hamka usai ikuti jejak Airlangga mundur dari Golkar, akui takut dizalimi.
Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Bos jalan tol, Jusuf Hamka mengikuti jejak Airlangga Hartarto mundur dari Partai Golkar.
Surat pengunduran diri diserahkan Jusuf Hamka ke Kantor DPP Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat, Senin (12/8/2024).
Sejumlah alasan disampaikan Jusuf Hamka terkait pengunduran dirinya.
Satu di antaranya, ia mengaku ingin fokus mengurus keluarga.
Indonesia Baik-baik Saja, Partainya Tidak
Jusuf Hamka terlihat mengenakan pakaian hitam saat menyambangi Kantor DPP Partai Golkar, Senin.
Ia turut membawa sepucuk surat berisi tulisan tangannya.
Terdapat empat poin yang tertulis dalam surat tersebut, yang diduga berisi alasannya mengundurkan diri dari Partai Golkar.
"Indonesia akan baik-baik saja walaupun parpolnya mungkin tidak baik-baik saja," katanya dikutip dari YouTube Kompas TV.
Pria yang akrab disapa Babah Alun itu juga menegaskan, bahwa pengunduran dirinya dari Partai Golkar sekaligus mengonfirmasi pembatalan pencalonan dirinya sebagai calon wakil gubernur (cawagub) Pilkada Jakarta dan Jawa Barat (Jabar).
Setelah pengunduran dirinya, Jusuf menyatakan ingin menjadi pribadi yang bebas dan bermanfaat bagi semua orang.
Baca juga: Foto Bersama di IKN, Airlangga: Kursinya Kapolri saja Diambil Bahlil
Ragu Airlangga Mundur karena Keinginan Sendiri
Jusuf Hamka meyakini ada pihak yang memaksa Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
Hal itu disampaikannya setelah menyerahkan surat pengunduran diri pada Senin siang.
“Nah itu saya juga belum tahu siapa yang memaksa beliau (mundur). Kalaupun itu keinginan beliau pribadi, saya juga ragu kalau ditanya,” ucap Jusuf Hamka, dikutip dari Kompas.com.
Jusuf Hamka mengatakan, dirinya ingin memastikan Airlangga tidak sendirian setelah ini.
“Pokoknya saya cuma bilang, Pak Airlangga, you are not alone," ujarnya.
"I will be with you and I don't let you walk alone. I will walk with you together."
Tak Ingin Dizalimi
Jusuf Hamka mengatakan, pengunduran dirinya merupakan bentuk kekecewaaan setelah Airlangga muncur dari Ketum Partai Golkar.
Ia meyakini, Airlangga dizalimi oleh pihak tertentu.
Tak ingin kejadian serupa menimpanya, Jusuf Hamka lebih memilih mundur dari Partai Golkar.
"Saya melihat Pak Airlangga terzalimi saya juga takut nanti berpolitik juga terzalimi. Saya lihat pak Airlangga itu memimpin partai politik mengalami hal-hal yang kasar dan keras, sehingga saya sendiri takutnya saya enggak bisa mengikuti cara-cara kasar dan keras," ungkap Jusuf Hamka.
"Saya kan orang pekerja yang baik-baik saja, yang lembut-lembut saja."
Namun, ia enggan merinci maksud kejadian kasar dan keras yang menimpa Airlangga.
Jusuf Hamka hanya menegaskan, kejadian tersebut yang membuatnya kecewa dengan dunia politik Tanah Air.
Baca juga: Nurul Arifin: Airlangga Hartarto Sukses Bawa Keberhasilan untuk Partai Golkar
Tak Direstui Keluarga
Jusuf Hamka mengakui, sejak awal keluarga tidak meretuinya terjun ke dunia politik.
Selain itu, ia juga mengaku ingin fokus mengurus keluarga. Terlebih sebentar lagi ia akan dikaruniai cucu.
"Betul, sebenarnya saya dari awal memang keluarga tidak setuju saya berpolitik. Memang sudah waktu kemarin saya dicalonkan juga bilang nggak usah berpolitik," terangnya.
Keluarga justru menyarankannya untuk fokus membangun masjid di seluruh daerah di Indonesia.
"Keempat anak-anak saya bilang, buat masjid seribu masjid itu seluruh provinsi paling tidak 38 provisi ada Masjid Baba Alun. Jadi keluarga sarankan udah jadi orang bebas, jadi pekerja sosial sesuai cita, sesuai bunda Theresa. Ya sudah kembali lagi ke khittoh, khittohnya kan sebagai bunda Theresa maunya," ungkapnya.
Ingin Mundur sejak Juli 2024
Ia mengungkapkan, niatan mundur dari Partai Golkar sebenarnya sudah muncul sejak Juli 2024 lalu.
Niatan tersebut muncul setelah Jusuf Hamka mendapat saran dari anak, menantu dan istri.
Setelah mundur dari Partai Golkar, Jusuf Hamka berniat untuk menjadi pekerja sosial di seluruh wilayah Indonesia.
"Saran istri dan anak-anak, mantu saya semua juga dari awal."
"Dari bulan Juli kemarin. Kembali bikin masjid di 38 provinsi, terus jadi pekerja sosial aja untuk seluruh, wilayah," tandasnya.
(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Yohannes Liestyo P/Taufik Ismail/Igman Ibrahim/Eko Sutriyanto) (Kompas.com)