Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nilai Akrobat Politik Gonta-ganti Parpol Jelang Pilkada Jadi Cermin Ketidakbijaksanaan

Fenomena politikus kutu loncat marak terjadi saat Pemilu kemarin, dan jelang Pilkada Serentak 2024.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Nilai Akrobat Politik Gonta-ganti Parpol Jelang Pilkada Jadi Cermin Ketidakbijaksanaan
istimewa
ilustrasi calon kepala daerah. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena politikus kutu loncat marak terjadi saat Pemilu kemarin, dan jelang Pilkada Serentak 2024.

Direktur Pusat Kajian Pancasila (Pusaka Pancasila), Fakhruddin Muchtar menilai langkah loncat parpol tidak elok dilakukan oleh seorang calon pemimpin. Sebab menurutnya ajang politik tak melulu soal kekuasaan, tapi juga tanggung jawab moral. 

"Saya kira perilaku semacam itu tidak bijaksana. Karena politik tidak melulu tentang kekuasaan, tapi juga tanggung jawab moral," kata Fakhruddin kepada wartawan, Senin (19/8/2024).

Menurut Fakhruddin, calon pejabat publik semestinya memberikan pendidikan positif kepada masyarakat, agar tak dianggap membenarkan keyakinan negatif publik bahwa politik adalah seni memperoleh kekuasaan dengan cara apapun.  

Ia mengingatkan, dalam Pancasila, demokrasi politik merujuk pada sila keempat yakni frasa 'dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan' yang memiliki arti bahwa sejak awal kebijaksanaan adalah hal penting dalam perpolitikan Indonesia. 

Berkenaan itu, kata Fakhruddin, pemimpin ideal bukan yang hanya mampu menelurkan kebijakan, tapi juga memiliki kebijaksanaan. 

BERITA TERKAIT

"Bayangkan, kebijakan macam apa yang kelak akan lahir kalau sejak awal sudah seperti itu," ungkapnya.

Sebelumnya Direktur Riset dan Program Puspoll Indonesia Chamad Hojin menilai, banyak alasan yang melatar belakangi para politisi berpindah partai. Mulai dari perselisihan internal, suara partai merosot, hingga ambisi pribadi demi kekuasaan. Tapi, menurutnya alasan terbesar adalah karena pragmatis atau oportunis.

"Makanya, banyak politikus biasanya pindah partai jelang gelaran pemilu atau pilkada," kata Hojin kepada wartawan, Jumat (16/8/2024). 

Hojin mengatakan, politikus yang berpindah parpol jelang pemilihan sudah menganggap biasa akrobat tersebut. Mereka juga tak lagi mempertimbangkan integritas, demi tujuan mencapai tangga keberhasilan yang lebih tinggi.

"Meskipun integritas dirinya ternodai, tidak masalah demi mencapai sebuah tangga keberhasilan yang lebih tinggi," jelas Hojin.

Daftar Politisi yang Pindah Parpol Jelang Pemilu dan Pilkada

Sebagaimana diketahui, ada sejumlah politisi yang berpindah parpol jelang Pemilu dan Pilkada 2024. Mereka diantaranya Dedi Mulyadi, Surya Tjandra, Eva Sundari, dan Isran Noor.

Eva Sundari memutuskan hengkang dari PDIP ke Partai NasDem pada Pemilu 2024. Berikutnya, Dedi Mulyadi, mantan politikus Golkar itu pindah ke Gerindra jelang Pemilu kemarin. Ada juga Surya Tjandra yang memilih pindah dari PSI ke NasDem.

Sedangkan Isran Noor, jadi politisi teranyar yang pindah parpol dan menambah panjang daftar tersebut. Ia loncat dari Partai Demokrat ke PDIP.

Baca juga: Pengamat Soroti Fenomena Politikus Kutu Loncat Jelang Pemilu dan Pilkada, Ini Daftarnya

Eks Ketua Demokrat Kalimantan Timur itu sebelumnya disambut oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat kembali ke partai berlambang bintang mercy usai sebelumnya bergabung ke NasDem. Demokrat kemudian mengeluarkan rekomendasi dukungan untuk Isran Noor - Hadi Mulyadi maju pada Pilgub Kaltim 2024 pada Kamis (8/8/2024).

Namun tak berselang lama, Isran Noor meloncat lagi ke PDIP yang terkonfirmasi dalam surat edaran PDIP berisi daftar calon kepala daerah dan wakil kepala daerah Pilkada 2024, tertanggal 13 Agustus 2024.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas