Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hadiri Puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, Airlangga: Leluhur Kami Ajarkan Rukun dan Tidak Berebut

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, Jumat (22/8/2024).

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Hadiri Puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, Airlangga: Leluhur Kami Ajarkan Rukun dan Tidak Berebut
Dokumentasi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, Jumat (22/8/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, Jumat (22/8/2024).

Menurutnya Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman tradisi dan budaya yang masih terus dijaga turun-temurun, salah satunya yakni Festival Yaa Qawiyyu yang digelar setiap tahun pada bulan Safar.

Tradisi yang juga disebut Saparan tersebut menjadi momen yang selalu dinanti-nantikan oleh warga di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (22/8/2024).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (22/8/2024). (Istimewa)

Tradisi tersebut merupakan puncak acara pembagian lebih dari 6 ton apem yang
berasal dari sedekah masyarakat dan disebarkan selepas shalat Jumat kepada lebih dari sepuluh ribu khalayak yang berdatangan dari seantero tanah air termasuk dari mancanegara.

”Tradisi pembagian apem sambil melafalkan wirid Yaa Qawiyyu merupakan simbol dari kekuatan spiritual dan kedermawanan yang harus terus kita lestarikan. Yaa Qawiyyu mengajarkan kita akan pentingnya kekuatan doa dan ikhtiar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup,” tutur Airlangga dalam keterangan tertulisnya Jumat (22/08).

Tradisi penyebaran penganan yang terbuat dari tepung beras tersebut bermula dari Kyahi Ageng Gribig dan menjadi metode yang praktis dalam menyiarkan Islam di tanah Jawa.

Berita Rekomendasi

Bernama asli Syekh Wasibagno Timur, Kyahi Ageng Gribig merupakan ulama besar yang
gigih mensyiarkan ajaran Islam di tanah Jawa dan dikenal masih keturunan dari Raja
Majapahit, Brawijaya V.

Semasa hidupnya, Kyahi Ageng Gribig merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

"Saat hidup beliau menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Beliau merupakan penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma," ungkap Airlangga yang juga merupakan keturunan dari Kyahi Ageng Gribig.

Event budaya tahunan ini tidak hanya memperkenalkan keunikan kue apem yang menjadi simbol utama dalam kegiatan ini, tapi juga sekaligus mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat dan daerah setempat, serta memberikan dampak positif bagi pariwisata di daerah Klaten dan sekitarnya.

Melalui kesempatan tersebut, Airlangga sangat mengapresiasi masyarakat Kabupaten Klaten yang hingga saat ini turut berkontribusi dalam melanjutkan tradisi dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. Tradisi ini juga menunjukkan sinergi yang kuat antara pelestarian budaya dan upaya untuk mengembangkan perekonomian masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (23/8/2024).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri prosesi acara puncak Saparan Apem Yaa Qawiyyu, di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (23/8/2024). (Dokumentasi)

"Acara ini hendaknya dimaknai sebagai momen untuk muhasabah secara spiritual dan kultural. Menjadi pengingat akan warisan nilai-nilai yang diajarkan oleh Kyahi Ageng Gribig yang dalam dakwahnya selalu konsisten dengan kelembutan, kebijaksanaan, dan ketegasan yang menyentuh hati. Tradisi ini juga mengajarkan kita untuk senantiasa rukun, tidak saling berebut, dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan sesama,” pungkas Airlangga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas