Komunikolog Sebut Pidato Bahlil Soal 'Raja Jawa' Timbulkan Multitafsir: Publik Bisa Berpersepsi Liar
Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing menilai pidato Bahlil tersebut perlu dikaji secara holistik karena berpotensi multitafsir.
Editor: Erik S
Bahlil mulanya mengatakan, ia tidak memiliki kepentingan pribadi.
Katanya, kepentingan ke depan adalah membawa Golkar menjadi lebih baik lagi.
Baca juga: Terkait Pernyataan Bahlil Soal Raja Jawa, Sultan HB X : Saya Tidak Tahu yang Dimaksud Itu Siapa
"Saya jujur aja, saya enggak punya kepentingan apa-apa pribadi. Kepentingan saya ke depan adalah Golkar harus lebih baik dari sekarang," kata Bahlil, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu.
Dia kemudian menekankan, Golkar akan terus mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.
Hal itu dikarenakan, menurutnya, pasangan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih itu merupakan kelanjutan dari pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Terkait hal itu, Bahlil juga mengingatkan agar Partai Golkar berhati-hati dan jangan bermain-main dengan sosok "Raja Jawa" yang diduga mengarah ke Jokowi.
Saat dikonfirmasi lebih jauh soal sosok Raja Jawa tersebut, Bahlil Lahadalia mengatakan pernyataan tersebut hanya bentuk candaan saja.
Menurutnya, pernyataan itu bukanlah sesuatu yang serius.
"Itu candaan politik saja. Candaan-candaan politik itu. Bukan statement politik ya," kata Bahlil.
Dia kembali menegaskan hal yang sama saat ditanya apakah Raja Jawa merujuk kepada Presiden Joko Widodo.
"Candaan politik," ucap Bahlil.