Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Akademisi: Penguasaan Bahasa Mandarin, Korea dan Jepang Penting bagi Generasi Muda Indonesia

Akibat kelemahan komunikasi khususnya dalam bahasa Inggris, meski Indonesia negara besar tapi tidak jadi pemimpin.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
zoom-in Akademisi: Penguasaan Bahasa Mandarin, Korea dan Jepang Penting bagi Generasi Muda Indonesia
Istimewa
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Prof Dr Ir Asep Saefuddin MSc (tengah) saat memimpin acara wisuda angkatan ke-30 UAI, di TMII, Jakarta, Selasa (3/9/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak hanya bahasa Inggris, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pemimpin perlu mempersiapkan diri dalam penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.

Akibat kelemahan komunikasi khususnya dalam bahasa Inggris, meski Indonesia negara besar tapi tidak jadi pemimpin.




"Coba perhatian CEO-CEO perusahaan IT di Indonesia, umumnya dari India juga lembaga PBB di Jakarta direktur-direkturnya dari mana? Dari India, Bangladesh kenapa mereka mampu bahasa Inggris," kata Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Prof Dr Ir Asep Saefuddin MSc usai wisuda angkatan ke-30 UAI, di TMII, Jakarta, Selasa (3/9/2024).

Baca juga: Lantik Enam Pejabat Baru Kampus, UP Pangkas Dua Posisi Wakil Rektor

Saat ini Asep menilai kemampuan bahasa asing Indonesia lemah.

"Mohon maaf kemampuan bahasa asing kita masih lemah karena enggak dilatih dan tidak disiapkan, tidak dibiasakan," katanya.

Tidak hanya bahasa Inggris, kedepannya pengusaan bahasa asing seperti Mandarin, Korea dan Jepang penting karena ketiga negara itu maju pesat di bidang ekonomi dan teknologi.

BERITA TERKAIT

"Kemampuan berbahasa asing salah satu modal bagi suatu bangsa untuk mempersiapkan generasi mudanya bisa unggul dan bersaing dengan negara-negara di dunia," katanya.

Ditekankannya, Indonesia bisa belajar dari India yang telah melatih anak-anaknya berbahasa Inggris sejak dini sehingga saat ini banyak CEO-CEO dari negara itu bisa dan terbiasa menggunakan bahasa asing.

Terkait acara wisuda, Asep mengatakan, Universitas Al-Azhar Indonesia meluluskan 545 Wisudawan & Wisudawati Angkatan ke-30 dan dari jumlah itu 80 orang lulus dengan predikat cumlaude.

“Prestasi ini hasil kerja keras, tekad, dan dedikasi wisudawan yang melewati banyak ujian untuk mencapai tujuan akademik,” ucap Asep.

Baca juga: Belum Akui Ada Perundungan PPDS, Rektor Undip Klaim Kooperatif dalam Investigasi

Asep juga menegaskan akan terus meningkatkan mutu pendidikan melalui tahap input-process-output dan outcome.

Ketua Pembina YPI Al-Azhar, Prof Dr Jimly Asshiddiqie berpesan kepada wisudawan dan wisudawati UAI untuk tidak pernah berhenti belajar setelah lulus, karena ijazah hanyalah formalitas belaka.

Ia mengingatkan bahwa seorang Muslim wajib menuntut ilmu hingga ke liang lahat, dan bahkan ayat pertama Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Alaq, berisi perintah untuk Iqra (bacalah).

"Untuk menumbuhkan semangat belajar, wisudawan/wisudawati UAI harus rajin membaca teks dan memahami kehidupan," katanya.

Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta, Prof Dr Toni Toharudin SSi MSc mengatrakan, ilmu pengetahuan memiliki tempat yang sangat tinggi dalam ajaran Islam.

“Dengan ilmu, seseorang bisa diangkat derajatnya oleh Allah, namun ilmu tersebut harus disertai dengan iman, karakter yang baik, dan komitmen dalam melakukan kebaikan. Itulah esensi dari generasi unggul,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas