Identitas & Lokasinya Telah Diketahui, Ternyata Ini yang Bikin Polisi Sulit Tangkap Pelaku Kasus Nia
Polisi masih kesulitan menangkap terduga pelaku kasus pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman. Apa penyebabnya?
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski sudah mengantongi identitas terduga pelaku termasuk lokasi keberadaan mereka, polisi masih kesulitan menangkap terduga pelaku kasus pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Apa sebabnya?
Dari informasi yang dihimpun diketahui, terduga pelaku dalam kasus ini diduga satu orang.
Namun, sampai saat ini, polisi belum berhasil menangkap terduga pelaku tersebut.
Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan, mengatakan, terduga pelaku dalam kasus ini diduga satu orang dan identitasnya sudah diketahui.
"Sekarang timsus sudah melakukan pengejaran pada pelaku, doakan semoga cepat bisa kami tangkap," ujarnya.
Identitas terduga pelaku yang sudah dikantongi pihaknya merupakan hasil penyelidikan yang sudah berlangsung sejak penemuan jenazah gadis penjual gorengan, Minggu (8/9/2024).
Identitas pelaku ini mulai mengerucut setelah pihaknya mendapat sejumlah barang bukti mulai dari pakaian korban hingga pakaian dan sendal milik terduga pelaku.
Selain barang bukti, pihak kepolisian juga sudah meminta keterangan sejumlah saksi mulai dari saksi sekitar TKP hingga saksi yang tempat dilalui korban berdagang pada hari saat korban tidak pulang dan dinyatakan hilang.
"Proses pengejaran sudah kami lakukan, tapi terduga tersangka ini cukup lihai karena lebih mengetahui medan," ujarnya.
Kronologi kasus pembunuhan Nia
- Sebelumnya, Nia dilaporkan hilang pada Jumat (6/9/2024) lalu saat berjualan gorengan secara keliling.
- Nia sendiri berjualan gorengan keliling dari pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB.
- Namun, hingga pukul 20.00 WIB, Nia tak kunjung pulang dan membuat keluarganya khawatir sampai memutuskan untuk mencarinya.
- Kabar hilangnya Nia itu juga sempat membuat heboh masyarakat Nagari Guguak, 2x11 Enam Lingkung hingga mereka membantu mencari gadis penjual gorengan tersebut.
- Namun, dari pukul 23.00 WIB hingga 04.00 WIB, tidak ada hasil dari pencarian warga itu.
- Lalu, pada pencarian keesokan harinya, Sabtu (7/9/2024), warga menemukan barang dagangan Nia yang berserakan di atas tanah, mulai dari gorengan, kantong plastik, botol saus, dan uang yang tergeletak tidak jauh dari lokasi rumahnya.
- Melihat hal tersebut, warga menduga kuat bahwa Nia mengalami tindak kejahatan.
- Setelah itu, para warga bersama tim gabungan menemukan pakaian Nia di seberang lokasi penemuan dagangan.
- Terakhir, baru warga menemukan gundukan tanah merah dan ikat rambut Nia.
- Saat itu, baru ditemukan juga tubuh Nia dalam kondisi terkubur dalam tanah dan tanpa busana.
- Setelah ditemukan, jasad Nia langsung dievakuasi pihak berwajib ke RS Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.
- Sekarang, jenazah Nia sudah dimakamkan di kuburan kaum dekat kediamannya.
- Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir mengatakan, Nia menjadi korban pembunuhan dan rudapaksa.
Mimpi yang ikut terkubur
Nia Kurnia Sari dikenal sebagai gadis yang mandiri dan pekerja keras meski berasal dari keluarga kurang mampu.
Sebagai putri kedua dari empat bersaudara, Nia tumbuh dalam kesederhanaan. Ibunya, Eli Marlina, adalah orangtua tunggal yang menghidupi anak-anaknya dengan menjual gorengan keliling.
Nia membantu meringankan beban keluarga dengan ikut berjualan gorengan setiap sore setelah pulang sekolah.
Dari hasil penjualan gorengan, Nia bisa memperoleh penghasilan tambahan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, termasuk membeli bahan makanan dan perlengkapan rumah.
Nia memiliki mimpi besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia bercita-cita kuliah dan berharap bisa membantu mengangkat derajat keluarganya dari jurang kemiskinan.
Nia adalah sosok yang rajin dan cerdas; ia bahkan berprestasi di sekolah dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti silat, di mana ia telah meraih beberapa medali. Nia berusaha menabung dari hasil jualannya untuk membeli laptop guna mendukung pendidikannya.
Sebagai seorang siswa, Nia dikenal baik hati dan suka menolong teman-temannya yang lebih membutuhkan.
Ia sering meminjamkan uang kepada teman-temannya meskipun dirinya berasal dari keluarga yang serba kekurangan. Guru dan sahabat-sahabatnya di sekolah juga sangat kehilangan sosok Nia, yang selalu ceria, pekerja keras, dan penuh semangat untuk meraih cita-cita.
Kematian Nia tak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya, tetapi juga bagi komunitas yang mengenalnya sebagai gadis mandiri yang memiliki tekad kuat meraih masa depan yang lebih baik.
Keluarga Nia minta pelaku dihukum berat
Keluarga Nia sangat terpukul dan kehilangan atas kematian Nia. Eli Marlina, ibu Nia, mengatakan belum tenang hingga pelaku yang membunuh putrinya ditangkap dan dihukum berat.
Eli berharap polisi bisa segera menangkap pelaku yang bertanggung jawab atas kematian putri keduanya itu.
Ia bahkan menginginkan hukuman mati bagi pelaku. Alasannya, tindakan yang dilakukan terhadap Nia sangat keji dan tidak manusiawi.
Rasa duka dan kehilangan Eli kian membesar tiap kali mengingat sosok Nia yang seharusnya memiliki masa depan cerah.
Keluarga besar Nia juga berharap keadilan ditegakkan. Mereka yakin bahwa Nia bukan korban perampokan, melainkan korban kejahatan asusila.