AHY Sebut Negara-negara di Asia Paling Terdampak Jika Terjadi Krisis Iklim, Ini Penyebabnya
Kondisi alam yang berubah-ubah akibat krisis iklim akan memberikan dampak signifikan terhadap produksi pertanian sebuah negara.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut, jika terjadi krisis iklim, negara-negara di kawasan Asia paling terkena dampaknya.
Hal itu disampaikan AHY, dalam kuliah umum bertajuk "Transformasi Digital Tata Kelola Pertanahan Dalam Menyongsong Indonesia Emas", di Kampus Universitas Padjajaran Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/9/2024).
Baca juga: Hadapi Krisis Iklim, Wapres Ma’ruf Amin Ajak Seluruh Elemen Bangsa Perkuat Ketahanan Lingkungan
AHY mengatakan krisis iklim merupakan satu di antara beberapa ancaman yang berpotensi menurunkan nilai ekonomi global.
Hal tersebut tentu tak lepas dampaknya bagi Indonesia, yang menjadi bagian dari kawasan Asia.
"(Krisis iklim) ini akan menurunkan 18 persen dari total nilai global. Dan yang paling terdampak adalah negara-negara di kawasan Asia," ucap AHY, Kamis.
Hal itu kata AHY disebabkan karena mayoritas dari negara-negara di kawasan Asia menggantungkan ekonominya pada sektor pertanian.
Kondisi alam yang berubah-ubah akibat krisis iklim akan memberikan dampak signifikan terhadap produksi pertanian sebuah negara.
Apalagi, kata AHY, 2,3 miliar orang di dunia diprediksi akan mengalami kelangkaan air imbas krisis iklim.
"Artinya secara statistik, 1 dari 5 orang, 1 dari 4 orang (dari keseluruhan populasi manusia di dunia) itu menghadapi kelangkaan air bersih," tuturnya.
Baca juga: Krisis Iklim Bahayakan Hidup Anak-Anak, Juga di Jerman
Selain itu, ia menyebut, kelaparan juga akan meningkat hingga 20 persen akibat pemanasan global, yang diprediksi bisa berujung pada 250 ribu kematian setiap tahun, pada rentang tahun 2030 hingga 2050.
"Itulah yang akan kita hadapi bersama sebagai warga dunia. 250 ribu kematian setiap tahun. Seperempat juta setiap tahun. Dari tahun 2030 hingga 2050 disebabkan oleh malnutrisi, malaria, diare, heat stress dan lain sebagainya," kata AHY.
"Ini yang paling nyata, kalau panasnya tidak terkontrol, naik terus suhu bumi, maka kita akan menghadapi ini," ujarnya.