Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kreasikan Mainan Edukatif Lokal Bersama Penyandang Difabel, ABC Woodentoys Sukses Go International

Peluang itu diejawantahkan menjadi ABC Woodentoys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus.

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Kreasikan Mainan Edukatif Lokal Bersama Penyandang Difabel, ABC Woodentoys Sukses Go International
Istimewa
Rita Indriana bersama deretan mainan yang diproduksinya melalui pabrik rumahan di Kota Yogya, ABC Wooden Toys. (Istimewa) 

Adapun empat karyawan difabel masuk ke dalam bidang produksi.

"Yang difabel namanya  Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.

Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kini APE buatan ABC Woodentoys sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.

Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.

Ubah stigma negatif penyandang difabel

Rita dan suami juga ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.

BERITA REKOMENDASI

"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman difabel bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.

Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala.

“Pernah peak season dan ada pameran, kami produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif juga bisa tercapai,” jelas Rita.

Stigma lain yang ingin ia ubah adalah penyandang difabel sering dianggap jadi beban keluarga karena tak bisa mandiri di kehidupan sehari-hari.

“Beberapa karyawan kami secara nyata sudah tak jadi beban bagi keluarga, bahkan bertransformasi jadi tulang punggung keluarga.”

“Misalnya Mas Topan, ibunya dulu adalah buruh cuci pakaian, sekarang setelah Mas Topan settle di sini, ia sudah bisa “memaksa” sang ibu untuk mengurangi pekerjaannya sebagai buruh cuci dengan memberikan ke keluarga gaji yang ia terima dari sini,” terang Rita.

Contoh lain adalah Agus di tahun 2023 lalu baru saja membeli sebuah sepeda motor seharga puluhan juta secara tunai.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas