Wujudkan Kesejahteraan Petani Lewat Tanam Padi Berbasis Biostimulan di Karawang
Pengembangan inovasi pertanian terus maju seiring berjalannya waktu dan penemuan hal baru di bidang pertanian, di antaranya berbasis biostimulan
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Pengembangan inovasi pertanian terus maju seiring berjalannya waktu dan penemuan hal baru di bidang pertanian.
Bahkan, inovasi baru ini bisa sangat membantu bagi para petani untuk meningkatkan bibit padi dan hasil produksi tanaman terutama gabah.
Hal ini pula yang kini tengah dikembangkan oleh PT Biotani Alam Lestari dengan menggandeng kelompok petani di Dusun Malangsari, Desa Pasirawi, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang.
Direktur Utama PT Biotani Alam Lestari, Achmad Azhar menjelaskan bahwa inovasi yang dikembangkannya adalah penyehatan dan perbaikan sifat lahan yang lebih ramah lingkungan berbasis pembenah tanah organik dan penyediaan nutrisi tanaman model baru, berbasis biostimulan yang merangsang effektivitas metabolisme tanaman.
“Sebagai dampak diperoleh tanaman yang lebih sehat dan lebih produktif dengan pengurangan dosis pupuk kimia dan frekuensi aplikasi pestisida,” kata Achmad Azhar saat panen padi seluas 11 hektar di Kabupaten Karawang, Selasa (1/10/2024).
Dalam kesempatan itu, Azhar bersama perwakilan PT Agrinas, Mayor Jenderal (Purn) Rizerius Eko Hadi Sancoko, perwakilan Kementerian Pertanian serta puluhan petani turut menyaksikan proses panen padi yang menggunakan berbasis biostimulan.
Azhar pun menceritakan bahwa awalnya dirinya hanya memiliki niat ingin membantu para petani Indonesia untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan.
Saya sendiri sebenarnya bukan petani, gak punya background petaninya hanya punya rasa keprihatinan terhadap nasib petani,” ungkapnya.
Bersama rekannya, dia berencana mengembangkan tanaman padi berbasis biostimulan hanya 1-2 hektar.
Namun, karena adanya sambutan baik dari petani di Karawang, akhirnya mencoba menanam bibit padi dengan berbasis biostimulan seluas 11 hektar.
Dia pun memperkirakan bahwa hasil panen padi berbasis biostimulan ini bisa meningkatkan produksi. Bahkan, Azhar menyebut jika hasil panen padi yang semula hanya 5-6 ton perhektar, bisa meningkat dua kali lipat ketika menggunakan biostimulan.
“Jumat minggu lalu sudah berhasil dilakukan ubinan atau sampling ukuran dan diperoleh hasil dari ubinan itu kesimpulan ada dua tipologi yang pertama hasilnya 11,2 (ton) yang kedua hasilnya 12,5 (ton). Jadi alhamdulillah dibanding dengan apa yang dilakukan selama ini oleh petani yang rata-rata hanya 5-6 ton per hektare ini jadi double, semuanya puji syukur aja kepada Allah yang sudah memberikan kita kesempatan untuk mengalami hal ini di sisi yang lain,” kata dia.
Dia juga berharap, bahwa inovasi pengembangan berbasis biostimulan ini bisa menyebar luas ke masyarakat petani di berbagai daerah.
Kedepannya, dia juga akan membuat kelompok tani serta memberikan pendampingan khusus bagi para petani yang ingin mengembangkan lahan pertaniannya.
“Mudah-mudahan ke depan bukan hanya produksinya yang naik tapi petaninya sejahtera dan kami ikut sumbangsih membentuk masyarakat petani yang ATTA, adaptif, tangguh, tanggung jawab dan amanah itu yang jadi harapan kami. Di Biotani ini bisa ikut membangun masyarakat petani terutama di Karawang ke depannya barangkali ini bisa di copy paste template ke daerah-daerah yang lain,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, perwakilan petani Karawang, Dede, mengungkapkan proses yang dialaminya ketika mempraktikan lahan taninya berbasis biostimulan.
Dede bercerita jika awalnya ia harus melakukan perendaman bibit dan diperam masing-masing selama 48 jam atau 2 hari. Namun, ketika mengunakan biostimulan hanya memerlukan waktu selama 24 jam atau satu hari.
Dia juga mengaku sempat khawatir karena selepas diperam, bibit tak menunjukan akar dan tunas. Namun, karena bimbingan dari Azhar dan tim di PT Bitani Alam Lestari, dia memutuskan untuk menebar bibit di media tanam.
Dede pun terkejut ketika memasuki hari ke-18, justru bibit tersebut telah tumbuh lebih tinggi dibanding bibit yang tak menggunakan biostimulan. Padahal, dia menyebut bahwa bibit padi biasanya baru tumbuh dengan ukuran siap tanam di sawah pada hari ke-25.
Selain itu, dia juga melakukan pengamatan selama proses tanam di sawah. Dede merasa bahwa sistem tanam padi berbasis biostimulan justru menunjukan percepatan media tanam dan menghasilkan bulir gabah yang banyak.
“Sebenarnya minggu-minggu kemarin hari Minggu sudah siap secara keseluruhan normal usia panen itu normal, karena memang kita pingin merawat tanaman itu sampai sesuai dengan deskripsinya agar hasilnya pun lebih maksimal,” pungkasnya.