Cerita Sri Hartini saat Berada di Lebanon: Dentuman Roket Israel Bikin Tak Bisa Tidur Nyenyak
Lega bercampur khawatir jadi nuansa cerita yang disampaikan Siti selepas keluar menyusuri gerbang kedatangan di Terminal 3 Bandara Soetta.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Muhammad Zulfikar
Namun otoritas kampus mempersilakan para pelajar yang menempuh pendidikan di Global University pulang ke negara asalnya, lebih-lebih kegiatan belajar mengajar memang sudah disetop.
Baca juga: Israel Mengebom Konvoi Palang Merah Saat Evakuasi Orang-orang yang Terluka di Desa Taybeh Lebanon
Di sisi lain, otoritas kampus juga mempersilakan mahasiswa asing, termasuk asal indonesia jika ingin tetap tinggal. Tapi dengan konsekuensi, pihak kampus tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang menimpa mereka, pihak keluarga juga tidak boleh menuntut apapun.
“Awalnya ada 10, laki-laki, yang pilih tetap bertahan, tapi pihak kampus meminta pulang. Pihak kampus juga bilang silakan kalau mau menetap atau pulang, tapi kalau menetap pihak keluarga tidak boleh menuntut apa - apa jika terjadi sesuatu,” ungkap Sri.
Perihal evakuasi ini, Sri mengaku orang tuanya menyerahkan keputusan kepada dirinya pribadi, apakah tetap di Lebanon atau kembali dulu ke tanah air. Tapi situasi konflik dan ancaman atas hidupnya, membuat Sri bulatkan tekad tinggalkan Lebanon sementara waktu.
Apalagi saat itu Sri merasa hantaman rudal Israel semakin lama terdengar makin jelas dan keras.
“Jadi daripada terjadi apa-apa lebih baik evakuasi sekarang,” ucapnya.
Ia bersama teman-teman kuliah asal Indonesia pun mengikuti proses evakuasi. Mereka dikumpulkan lebih dulu di KBRI Beirut yang letaknya di jantung pemerintahan Lebanon.
Mereka kemudian didampingi perwakilan KBRI Beirut meninggalkan Lebanon pada Selasa (1/10) menempuh jalur darat menuju Damaskus di Suriah.
Ketika 2 hari menginap di KBRI Beirut, Sri lagi-lagi merasakan kerasnya hantaman rudal Israel yang jatuh di sekitar Beirut. Bahkan kerasnya hantaman membuat bangunan KBRI ikut bergetar. Getaran itu tak ayal membuatnya dan rekan-rekan mahasiswi lain tak bisa tidur nyenyak, kerap dibangunkan dengan bising ledakan dan guncangan ketika malam.
“Sewaktu kita di KBRI, itu suara ledakan terdengar dekat. Bahkan bangunan itu bergetarnya terasa banget. Apalagi pas waktu tidur itu sering kebangun karena suara ledakan dan getaran gedung,” kata Sri.
Kini Sri dan rekan-rekan Indonesia-nya sudah tiba selamat di tanah air. Tapi dirinya masih tetap memikirkan nasib kelanjutan kuliahnya. Sebab dia khawatir akan sulit untuk kembali ke Lebanon.
Baca juga: 20 WNI Tiba di Tanah Air, Ones Berharap Bisa Lanjutkan Kuliah di Lebonan Usai Konflik Berakhir
Perempuan berhijab ini teringat, pernah ada pelajar Indonesia yang berkuliah di Lebanon dan karena situasi negara tersebut yang bersangkutan pulang ke tanah air. Selama beberapa tahun dia tak bisa kembali ke Beirut dan berujung pada putus pendidikan.
Terlepas dari itu, Sri punya harapan besar dia bersama teman-teman lainnya dapat kembali ke Beirut untuk meneruskan kuliahnya sampai rampung.
“Kita kan beasiswa ya, bisa dilanjutkan khawatir agak sulit. Yang sudah - sudah ada waktu itu yang pulang, dan nggak kembali ke Beirut beberapa tahun akhirnya ngga bisa melanjutkan,” ungkap Sri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.