Khotib Prof KH Darwis Hude Bicara Kejujuran Sebagai Modal Hidup Saat Gibran Salat Jumat di Istiqlal
Tema khutbah yang diangkat dalam ibadah salat Jumat di Istiqlal yakni Kejujuran Sebagai Modal Hidup Dunia Akhirat.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden RI (Wapres) Gibran Rakabuming Raka bersama dengan Menteri Agama RI (Menag) Nasaruddin Umar menunaikan ibadah Salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jumat (1/11/2024) siang.
Salat Jumat itu dilaksanakan usai keduanya melakukan pertemuan di Kementerian Agama RI (Kemenag).
Pantauan Tribun di lokasi, Gibran yang didampingi oleh Nasaruddin Umar tiba di Masjid Istiqlal sekitar pukul 11.45 WIB.
Terlihat, Gibran dan Nasaruddin langsung masuk ke ruang VVIP Masjid Istiqlal dan tak lama berselang keduanya memasuki area salat di Masjid Istiqlal.
Baca juga: Gibran dan Nasaruddin Umar Salat Jumat di Masjid Istiqlal Usai Gelar Pertemuan di Kemenag
Sementara itu, tema khutbah yang diangkat dalam ibadah salat Jumat di Istiqlal yakni Kejujuran Sebagai Modal Hidup Dunia Akhirat.
Khotib yang bertugas dalam salat Jumat tersebut yakni Prof KH Darwis Hude yang merupakan akademisi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Dalam tayangan YouTube yang dipantau Tribun di akun Masjid Istiqlal TV itu, Gibran dan Nasaruddin salat bersebelahan.
Terlihat, Gibran yang mengenakan kemeja putih lengan panjang dan peci serta celana panjang warna hitam nampak berdiri di barisan shaf pertama.
Di samping kanan Gibran Rakabuming Raka, dan jemaah lainnya berada di sebelah masing-masing pejabat negara tersebut.
Kendati begitu, usai salat Jumat, Gibran Rakabuming tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Dia langsung meninggalkan Masjid Istiqlal dengan menumpangi mobil Innova putih berpelat nomor B 1255 ZZR dan diikuti iringan Paspampres.
Baca juga: Harapan Hima Persis yang Dititipkan kepada Presiden Prabowo dan Wapres Gibran
Sebelum melakukan salat Jumat berjamaah, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menemui Menteri Agama RI Nasaruddin Umar di Kantor Kementerian Agama RI (Kemenag).
Berdasarkan pantauan Tribun, Gibran tiba sekitar pukul 11.28 dengan mengenakan kemeja panjang putih dan celana panjang serta peci hitam.
Kedatangan Gibran disambut langsung oleh Nasaruddin Umar yang juga mengenakan pakaian senada.
Tak ada satupun pernyataan yang terucap saat kedatangan Gibran Rakabuming Raka maupun dari Menag RI Nasaruddin Umar.
Keduanya hanya terlihat melontarkan senyum dan melambaikan tangan kepada kepada barisan awak media yang menunggu.
Gibran bersama dengan Menag RI langsung masuk ke lobby Kementerian Agama RI dan menuju ke ruang pertemuan.
Sehingga, tidak diketahui secara pasti apa yang dibahas antara Gibran Rakabuming Raka dengan Nasaruddin Umar.
Keliling Masjid
Menteri Agama RI (Menag) Nasaruddin Umar juga mengajak Wakil Presiden RI (Wapres) Gibran Rakabuming Raka keliling Masjid Istiqlal, Jakarta.
Kata Nasaruddin, dirinya mengajak Gibran untuk berkeliling masjid seraya melihat beberapa fasilitas masjid termasuk ruangan khusus untuk Wapres RI.
"Nah, Pak Wapres tadi kita ajak jalan-jalan di Istiqlal ya, kan di Istiqlal ini kan juga ada ruangan VVIP ya, ada ruangan Presiden, ada ruangan Wapres," kata Nasaruddin.
Tak hanya ruangan khusus Wapres, Nasaruddin juga tadi mengenalkan kepada Gibran beberapa fasilitas lain. Termasuk kata dia, tersedianya fasilitas olahraga dan juga pusat kebugaran.
"Dan di dalam Istiqlal ini juga banyak sekali fasilitas ya, dari dalamnya ya, mungkin tidak ada di Masjid lain, misalnya gym center ya, gym center itu pusat olahraga kebugaran," tutur dia.
Tak cukup di situ, Nasruddin juga memperkenalkan soal program unggulan yang sedang digencarkan oleh pengurus Masjid Istiqlal.
Kata dia, salah satunya yakni soal pendidikan kader ulama yang secara garis besar programnya yakni mempersiapkan ulama dengan memberikan pendidikan yang tepat.
"Karena kita mempersiapkan pendidikan kader ulama, termasuk pendidikan kader ulama perempuan satu-satunya di dunia ini, dan belum ada di tempat lain," ucap Nasaruddin.
"Dan ini menjadi trend bahwa pendidikan Istiqlal di sini 6 bulan di Amerika, 6 bulan di Al-Azhar, Mesir," sambungnya.
Dengan adanya program pendidikan kader ulama ini menurut Nasaruddin, Indonesia menyiapkan orang-orang yang nantinya mahir dalam berkomunikasi dengan berbagai macam bahasa.
Sehingga kata dia, nantinya para ulama yang lahir dari program tersebut bisa menjadi penyambung informasi dari Indonesia kepada negara lainnya.
"Jadi ulama yang kita akan lahirkan di Istiqlal ini mahir bahasa Arab, mahir bahasa Inggris, sehingga diharapkan nanti menjadi penyambung lidah umat Islam dengan dunia lain," tutur dia.
Bukan hanya itu, Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut juga menyampaikan beberapa capaian atau penghargaan yang pernah diraih oleh Masjid Istiqlal, Jakarta.
Kata dia, salah satunya yakni penghargaan sebagai Masjid paling hijau dan paling efisien.
"Jadi Istiqlal ini dianggap paling hijau, paling efisien, paling efektif, karena 38 persen energi yang kita gunakan di sini untuk menggunakan solar sistem," ujarnya.
"75 juta liter air dipakai berhulu setiap bulan, itu tidak ada jatuh ke selokan, semuanya ditampung dalam satu bak besar, langsung bisa diminum, bukan direcycle," tandas Nasaruddin.
Imam Besar Masjid Istiqlal
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyatakan Presiden RI Prabowo Subianto tetap meminta dirinya untuk menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Nasaruddin usai dirinya salat Jumat bersama dengan Wakil Presiden RI (Wapres) Gibran Rakabuming Raka.
"Presiden (Prabowo) minta saya masih tetap menjadi Imam Besar," kata Nasaruddin.
Penunjukan dirinya tetap menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal bukan tanpa alasan, Nasaruddin menyatakan, ke depan masih ada agenda besar yang harus dituntaskannya terkait dengan Istiqlal.
Salah satunya yakni soal Deklarasi Istiqlal yang akan digelar bersama dengan Paus Fransiskus.
"Dengan agenda-agenda juga ada, agenda internasionalnya ya, terutama juga nanti menindaklanjuti Deklarasi Istiqlal bersama dengan Paus," tutur dia.
Kata Nasaruddin, agenda Deklarasi Istiqlal itu ternyata mendapatkan sorotan dan tanggapan besar dari beberapa negara-negara lain.
Atas hal itu menurut dia, agenda-agenda besar tersebut harus ditindaklanjuti dan akan dilanjutkan kembali oleh dirinya yang kini turut menjabat sebagai Menteri Agama RI.
"Ternyata ini mendapatkan tanggapan besar dari luar negeri ya, di dunia luar itu juga akan menindaklanjuti, terutama masalah agama dan penyelamatan lingkungan hidup," beber dia.
Dirinya juga menyatakan, Istiqlal saat ini sudah menjadi isu internasional setelah bergemanya Deklarasi Istiqlal tersebut.
Pasalnya, agenda tersebut kata Nasaruddin, selain untuk persoalan agama, juga ada pembahasan yang fokus pada kelestarian alam.
"Jadi apa yang kita lakukan, seperti yang ditulis kemarin itu, itu mendapatkan perhatian dunia sekarang. Jadi Istiqlal menjadi isu internasional dengan deklarasinya itu, bagaimana menggunakan bahasa agama untuk melestarikan dan menyelamatkan alam," tukas Nasaruddin. (Tribun Network/riz/wly)