Kowani: Batik Simbol Solidaritas dan Kekuatan Perempuan Indonesia
batik bukan hanya sekadar warisan budaya Indonesia, tetapi juga memiliki kaitan erat dengan perjuangan pergerakan kaum perempuan, yang ditandai dengan
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum KOWANI Giwo Rubianto, menegaskan bahwa batik bukan hanya sekadar warisan budaya Indonesia, tetapi juga memiliki kaitan erat dengan perjuangan pergerakan kaum perempuan, yang ditandai dengan Kongres KOWANI pertama pada tahun 1928.
Hal itu disampaikannya dalam Talkshow Mitra Seni Indonesia (MSI), bertajuk 'Peranan Wanita dalam Pelestarian Batik: Menghargai Tradisi Melalui Keterlibatan Perempuan', di Jakarta, Selasa (12/11/2024).
"Batik adalah simbol solidaritas dan kekuatan perempuan Indonesia, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan perempuan sejak zaman sebelum kemerdekaan," kata dia.
Giwo juga menyoroti keterlibatan perempuan dalam industri batik yang sangat signifikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2021), sekitar 70 persen pengrajin batik di Indonesia adalah perempuan, yang terlibat langsung dalam proses pembuatan batik, mulai dari menggambar pola, menorehkan lilin, hingga pewarnaan.
Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM (2020) mencatat bahwa 60 persen perempuan memimpin industri batik rumahan dan berperan besar dalam memperluas pasar batik, baik secara lokal maupun internasional.
"Perempuan tidak hanya menjadi pelaku utama dalam proses pembuatan batik, tetapi juga sebagai pemimpin dalam mengembangkan dan memasarkan produk batik ke pasar yang lebih luas," ujarnya.
Selain itu, Giwo memberikan apresiasi kepada seluruh pengrajin batik, desainer, serta komunitas dan organisasi yang telah bekerja keras dalam mengangkat dan melestarikan batik.
Dia menegaskan bahwa penting bagi perempuan dan anggota organisasi untuk turut mendukung pengrajin batik, khususnya di daerah-daerah hingga tingkat grassroot.
"Diperlukan pengakuan yang lebih besar terhadap para pengrajin batik dan penghargaan yang pantas atas kerja keras mereka. Mendorong agar upah yang diberikan kepada pengrajin batik sesuai dengan kontribusi mereka dalam menjaga kelestarian warisan budaya ini," ucapnya.
Lebih lanjut, Giwo juga menegaskan pentingnya regenerasi pembatik, terutama di kalangan generasi muda.