VIDEO Tak Ada Damai! Ivan Sugianto yang Paksa Siswa Sujud & Menggonggong, Kini Hadapi Tantangan Duel
Jhon LBF dengan tegas mengatakan tidak ada damai-damai atas perbuatan Ivan Sugianto.
Editor: Srihandriatmo Malau
SMA Kristen Gloria 2 Surabaya dengan dukungan pengacaranya tetap menyeret Ivan Sugianto ke polisi. Pihak sekolah membuat laporan ke Polrestabes Surabaya pada 28 November 2024, pasca insiden kekerasan oleh Ivan Sugianto terhadap Ethan.
Ivan bersama sejumlah kawannya tiba-tiba mendatangi sekolah SMA Kristen Gloria 2 Surabaya di kawasan Pakuwon dan berteriak-teriak menuntut Ethan, siswa di sekolah tersebut meminta maaf dengan cara bersujud dan menggonggong layaknya anjing kepadanya.
Alasannya, Ethan telah membully putranya, Axel, yang bersekolah di sekolah lain, dan membuat anaknya tidak terima atas bullying tersebut.
Aksi bullying tersebut terjadi saat saling ejek antara Ethan yang merupakan siswa SMA Kristen Gloria 2 dengan Axel, siswa SMA Cita Hati saat pertandingan basket di mal.
Ethan mengejek Axel melalui media sosial setelah tim SMA Cita Hati kalah dalam pertandingan basket.
Pihak orangtua Ethan sudah meminta maaf kepadanya. Namun, Ivan tetap tidak terima.
Dalam laporannya ke polisi belasan guru, kepala sekolah, dan bahkan wali murid, datang secara bersama-sama ke Polrestabes Surabaya untuk membuat laporan.
Sudiman Sidabukke yang menjadi pengacara SMA Kristen Gloria 2 menjelaskan, ada dua permasalahan pokok dalam kasus ini.
Pertama, ia menilai konflik antara siswa SMA Kristen Gloria 2 dengan siswa dari sekolah lain yang mengganggu keamanan sekolah.
Sudiman juga menyatakan pelaku dapat dijerat dengan Pasal 335 KUHP tentang perbuatan yang mengandung unsur paksaan.
"Banyak siswa-siswa yang ketakutan untuk pergi ke sekolah. Orang tua juga tidak nyaman. Karena itu, kami percayakan kepada pihak polisi supaya diselesaikan dengan yang terbaik," jelasnya.
Insiden ini telah menimbulkan keresahan di kalangan siswa dan orang tua. Para siswa pun jadi trauma pasca insiden tersebut.
Ratusan orang tua menghubungi sekolah untuk menanyakan keamanan anak-anak mereka setelah keributan tersebut.
SMA Kristen Gloria 2 berkomitmen untuk menjaga keamanan dan kenyamanan siswa, sehingga mereka merasa aman saat belajar di sekolah.
Dengan tetap melanjutkan laporan ke pihak kepolisian, SMA Kristen Gloria 2 berharap permasalahan ini dapat diselesaikan dengan adil dan menegakkan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto menggelar konferensi pers di Polrestabes Surabaya, Rabu (13/11/2024).
Ia menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi pada 21 Oktober 2024 lalu.
Sejak kejadian tersebut, Kombes Pol Dirmanto menyatakan, polisi dari Polrestabes Surabaya telah melakukan langkah-langkah penyelidikan yang luar biasa.
"Penyelidik sudah mendatangi sekolah segera setelah kejadian viral pada pukul 15.30 WIB."
"Teman-teman dari Polrestabes langsung datang pada saat itu juga, tetapi karena sudah sore, sekolah sudah tutup," kata Kombes Pol Dirmanto.
Saat berada di lokasi, polisi sudah meminta keterangan dari pihak keamanan sekolah.
Keesokan harinya, penyelidikan berlanjut dengan meminta keterangan dari pihak sekolah, termasuk IV yang diyakini sebagai pelaku.
Polisi kemudian mengetahui bahwa IV dan EV sudah mencapai kesepakatan damai.
"Namun, pihak sekolah Gloria 2 terus mendesak agar Polrestabes Surabaya meneruskan proses hukum," ujar Kombes Pol Dirmanto.
Polisi memastikan, kasus ini masih dalam tahap pendalaman.
Hingga kini, sudah ada delapan saksi yang diperiksa, salah satunya adalah IV, yang diyakini sebagai pihak yang menyebabkan keributan di SMA Kristen Gloria 2 Surabaya.
"Barang bukti yang ada termasuk flashdisk yang berisi rekaman CCTV," jelas Dirmanto.
Namun hingga pertengahan November 2024 ini, belum ada penetapan tersangka.
Dirmanto kemudian menambahkan, yang terpenting dalam kasus ini adalah karena melibatkan anak-anak, pihak kepolisian harus tetap mengutamakan pendekatan yang hati-hati.
Dalam penegakan hukum, ada asas ultimum remedium, yakni penegakan hukum harus menjadi langkah terakhir apabila kedua belah pihak masih terus berseteru.
Ira Maria, ibu kandung Ethan mengatakan, saat datang ke sekolah SMA Gloria 2 Surabaya, Ivan Sugianto sudah marah-marah.
"Saat dia datang ke sekolah, suami saya sudah mengajak berjabat tangan dan mengajak dia salaman tapi karena dia sudah emosi dan marah, dia sempat bilang, mana siapa yang salah. Di situ dia langsung bilang sujud menggonggong," tutur Ira Maria.
Peristiwa ini terjadi di tanggal 21 Oktober 2024 itu viral di media sosial.
Menurut Ira Maria, awalnya, Ethan dan teman-temannya berbincang di tongkrongannya dan meledek gaya rambut Axel mirip seperti puddle, sejenis anjing ras bertubuh kecil.
Namun ledekan tersebut hanya disampaikan E dan teman-temannya di forum mereka, tidak disampaikan langsung ke Axel.
Ivan Sugianto paksa siswa SMA Gloria 2 Surabaya sujud dan menggonggong di depannya (kiri) dan Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto (kanan) saat menjelaskan perkembangan penyelidikan dugaan perundungan yang dialami murid SMA Gloria 2, di Polrestabes Surabaya, Rabu (13/11/2024). (Kolase Tribunnews.com)
"Jadi bermula dari guyonan antara E dengan teman-temannya yang menyebutkan bahwa Axel lucu rambutnya seperti puddle dan itu terjadi di antara teman-temannya aja," kata Ira Maria dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube SCTV, Selasa (12/11/2024).
Beberapa hari kemudian, Ethan pun bertemu dengan Axel tak sengaja di mal. Saat itu tidak ada keributan atau aksi E mengata-ngatai Axel seperti anjing.
"Selang beberapa waktu, Ethan dan Axel bertemu tidak sengaja di Ciputra World tapi tidak ada yang seperti pemberitaan saling ejek atau Ethan mengatakan anjing itu tidak pernah ada."
"Bahkan Ethan tidak pernah secara langsung mengatakan anjing atau sebutan puddle kepada Axel. Itu hanya intern di antara teman-temannya," akui Ira Maria.
Namun entah kenapa setelahnya, Axel mengirimkan pesan via DM Instagram ke Ethan dan membahas soal ledekan gaya rambut puddle.
Tak terima rambutnya diledek seperti anjing ras, Axel pun menagih permintaan maaf ke Ethan.Kala itu A meminta agar E membuat video permintaan maaf dan surat bertanda tangan materai.
"Axel mengirim pesan kepada Ethan bahwa dia harus membuat video dan menulis surat pernyataan di atas materai permintaan maaf. Karena Ethan tidak tahu apa itu materai, dia menceritakan kepada kita orang tuanya. Saya melarang Ethan untuk merespon karena mereka ini anak di bawah umur," pungkas Ira Maria.(*)
(Tribun Network/Surya/Tribun-Medan.com/Mal)