Minyak Jelantah Diolah Jadi Biodiesel, Emisi Karbon Rendah, Solusi Energi Ramah Lingkungan
Biodiesel dari minyak jelantah memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil sehingga membantu mengurangi polusi udara
Penulis: Sanusi
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Minyak jelantah yang sering dianggap limbah kini bisa diolah menjadi biodiesel, bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Biodiesel dari minyak jelantah memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil sehingga membantu mengurangi polusi udara. Pengolahan ini juga memberikan solusi bagi limbah rumah tangga yang kerap mencemari lingkungan, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) sekaligus Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Kelompok 1 Evi Frimawaty, mengatakan limbah minyak jelantah yang sering dianggap sepele ternyata dapat mencemari lingkungan, terutama tanah dan air, jika tidak dikelola dengan baik. Menyadari bahaya ini, Pengmas UI memberikan edukasi kepada siswa SDN 01 Rawalumbu, Kota Bekasi, tentang dampak negatif minyak jelantah sekaligus solusi pengelolaannya.
Baca juga: Perkebunan Sawit Rakyat Berperan Sukseskan Mandatori Biodiesel B50
“Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan secara serius. Kami ingin siswa memahami bahwa limbah ini dapat dikelola dengan mudah menjadi sesuatu yang berguna seperti sabun ramah lingkungan maupun bahan bakar alternatif seperti biodiesel,” jelas Evi di Bekasi, Jumat (22/11/2024).
Melalui pendekatan interaktif, lanjut Evi, siswa tidak hanya diberikan penjelasan teoritis, tetapi juga diajak untuk melihat langsung proses pembuatan sabun dari minyak jelantah. Dengan metode ini, siswa diharapkan dapat memahami pentingnya pengelolaan limbah dan mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Program ini bertujuan mengenalkan siswa pada cara-cara sederhana untuk mengolah limbah rumah tangga tersebut menjadi produk bermanfaat seperti sabun ramah lingkungan dan bahan bakar alternatif,” ujarnya
Kegiatan Pengmas SIL UI tidak hanya berupa edukasi teori, tetapi juga melibatkan praktik. Dalam sesi interaktif, siswa-siswi kelas 6 SDN 1 Bojong Rawalumbu diajak membuat sabun dari minyak jelantah. Melalui aktivitas ini, mereka belajar bahwa limbah tidak harus menjadi beban lingkungan, melainkan dapat dimanfaatkan kembali dengan kreativitas.
“Melihat antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan ini, kami yakin anak-anak dapat menjadi agen perubahan dalam keluarga masing-masing,” ujar Evi.
Selain pelatihan, dalam Pengmas yang didanai oleh Direktorat Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat UI dan didukung oleh Labtek Apung, PT Pertamina Hulu Rokan, dan PT Bumi Resources Minerals TBk (BRMS), itu juga memberikan wawasan tentang bagaimana cara mengumpulkan minyak jelantah di rumah untuk disalurkan kepada komunitas pengelola limbah atau didaur ulang menjadi produk bermanfaat.
Minyak jelantah yang telah digunakan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan sisa makanan, kemudian disimpan dalam wadah tertutup seperti botol plastik bekas. Wadah tersebut dikumpulkan dalam jumlah tertentu sebelum diserahkan kepada komunitas pengelola limbah terdekat atau diolah lebih lanjut.
“Pendekatan ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan limbah rumah tangga dan mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak jelantah sembarangan,” tegas Evi.
Baca juga: Kejar Swasembada Energi, Bahlil Sebut Pasokan Sawit RI Cukup untuk Program Biodiesel
Kepala Sekolah SDN 01 Bojong Rawalumbu Abdul Munir, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. Melalui program tersebut, para siswa mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah awal untuk membentuk kebiasaan baik dalam mengelola limbah rumah tangga,” ujarnya.
Komitmen UI untuk terus berkontribusi di tengah masyarakat tercermin dalam program pengabdian masyarakat ini. Evi berharap program serupa dapat terus dilaksanakan di berbagai wilayah lain untuk mendukung terciptanya generasi muda yang peduli lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia