Ingatkan Peristiwa 2020, BMKG Sebut Potensi Bencana Hidrometeorologi Bayangi Momen Libur Nataru
MKG) mengungkapkan bencana hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrem dan banjir berpotensi terjadi pada saat momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bencana hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrem dan banjir berpotensi terjadi pada saat momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat menghadiri Rapat Tingkat Menteri (RTM) yang diadakan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) untuk koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian persiapan libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, Jumat (22/11/2024).
Dwikorita mengatakan potensi bencana hidrometeorologi diprakirakan terjadi bersamaan pada saat arus mudik Nataru 2024-2025.
Potensi bencana hidrometeorologi ini dipicu terjadinya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia ke wilayah Indonesia pada Desember 2024 hingga awal Januari 2025.
Menurut Dwikortia, fenomena ini pernah terjadi pada Januari 2020.
Untuk diketahui, pada 2020 banjir besar terjadi di wilayah Jabodetabek.
"Pada Januari 2020 banjir yang terjadi disebabkan oleh seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet. Sekarang ini potensi bencana hidrometeorologi dipicu oleh seruak udara dingin berasal dari dataran tinggi Siberia," ungkap Dwikorita.
Fenomena seruak udara dingin diprediksi akan memberikan dampak signifikan di wilayah barat Indonesia.
Termasuk Selat Sunda, Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Cuaca buruk yang disertai hujan lebat berpotensi menyebabkan gangguan pada jalur mudik dan jalan tol, sebagaimana pernah diidentifikasi oleh Kementerian PUPR.
Baca juga: Bibit Siklon Muncul Dekat Indonesia, Seluruh Pulau Jawa Diprediksi Hujan Lebat Hingga Desember
Mitigasi Lintas Sektor
Lebih lanjut, BMKG menegaskan mitigasi bencana hidrometeorologi memerlukan dukungan lintas sektor.
Meskipun cuaca telah dilakukan pada beberapa kejadian sebelumnya, langkah ini saja tidak cukup untuk mengatasi dampak yang lebih luas.
"Koordinasi yang baik sangat penting, terutama dalam pengelolaan drainase, pintu air, penanganan aliran sungai yang dangkal, dan memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi potensi banjir," tambahnya.
BMKG juga mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan serta mempersiapkan langkah antisipasi.
Sementara itu, Menko PMK Pratikno yang memimpin rapat ini mengatakan pemerintah menyoroti isu-isu yang rawan terjadi pada libur Nataru.
Yaitu di antaranya kesiapsiagaan daerah rawan bencana dan waspada bencana hidrometeorologi serta pemulihan infrastruktur, ketersediaan logistik dan kebutuhan pokok daerah terdampak bencana.
"Selain itu juga membahas kesiapan pos pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan di jalur mudik, kesiapan rest area yang ramah perempuan dan anak, keamanan dan kenyamanan jemaah selama pelaksanaan ibadah natal, ketercukupan dan keamanan transportasi udara, laut dan darat serta rekayasa lalu lintas serta penempatan aparat kemanan di titik-titik rawan kepadatan lalu lintas dan tempat wisata," ungkap Pratikno.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)