Tak Lagi Jadi Surga Bagi Penambang Bitcoin, Kazakhstan Mulai Kehilangan Pamornya
Penutupan akses internet di Kazakhstan selama kerusuhan berimbas pada lumpuhnya kegiatan penambangan Bitcoin.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setelah terjadi demo besar-besaran di Kazakhstan akibat protes masyarakat terkait kenaikan harga bahan bakar sejak 5 Januari 2022 kemarin. Membuat pemerintah mengambil langkah ekstrem dengan menutup layanan internet.
Penutupan akses internet di Kazakhstan selama kerusuhan berimbas pada lumpuhnya kegiatan penambangan Bitcoin.
Diketahui saat ini Kazakhstan menjadi rumah kedua bagi penambang Bitcoin setelah Amerika Serikat.
Baca juga: Bitcoin hingga Etherum Mulai Berada di Zona Hijau pada Akhir Pekan Ini
Kelumpuhan ini bahkan menyebabkan penurunan pada kekuatan komputasi global bitcoin sebesar 13%.
Meski begitu, saat ini hampir 80% kegiatan penambangan legal mulai kembali beroperasi. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Alan Dorjiyev dari Asosiasi Nasional Industri Blockchain dan Pusat Data di Kazakhstan.
“Pemadaman internet menambah kekhawatiran tentang stabilitas dan prospek bisnis karena pengawasan pemerintah yang lebih ketat,” ujar salah satu penambang dikutip dari Reuters.
Meski penambangan Bitcoin sudah mulai beraktifitas, namun tidak menutup kemungkinan para klien lama dari penambang akan mencari negara lain untuk beroperasi.
Tak hanya itu pemadaman internet di Kazakhstan membuat para penambah semakin khawatir dengan stabilitas dan prospek bisnis mereka karena adanya pengawasan pemerintah yang lebih ketat.
Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok ke Level 43 Ribu Dolar AS, Apa Penyebabnya?
Salah satu contonya Vincent Liu, penambang lama China yang pindah haluan ke Kazakhstan untuk meraup keuntungan dari murahnya harga listrik. Liu mengaku perubahan yang terjadi di lingkungan Kazakhstan mendorongnya untuk mengalihkan operasi ke Amerika Utara atau Rusia.
"Dua atau tiga tahun sebelumnya, kami menyebut Kazakhstan sebagai surga industri pertambangan karena lingkungan politik yang stabil dan listrik yang stabil," tambah Liu.
Disisi lain akibat dari adanya penambangan Bitcoin membuat konsumsi listrik negara ini melonjak, terlebih para penambang ilegal yang memakan dua kali daya listrik.
Hal ini terpaksa membuat Kazakhstan mengimpor listrik dan menjatah pasokan domestik lantaran pembangkit listrik tenaga batu bara negara ini sudah tua.
Sejauh ini pemerintah pusat masih mencari solusi untuk menanggulangi permasalahan ini. Namun akibat adanya pemadaman listrik membuat harga bitcoin jatuh di bawah 43 ribu dolar AS per keping setelah meroket pada September 2021 lalu.