Harga Bitcoin Terus Anjlok, Kini Berada di Level 35.000 Dolar AS, Mulai Kehilangan Pamor?
Harga Bitcoin terus mengalami penurunan. Pada Sabtu (22/1/2022) Bitcoin turun 4 persen dan ditransaksikan di sekitar level 35.000 dolar AS.
Editor: Muhammad Zulfikar
“Saya pikir, bank akan memilikinya, bukan di neraca mereka pada dasarnya, tetapi di buku perdagangan mereka," ujar Pal.
Dan, "Saya pikir, kita akan melihat lebih banyak dana pensiun dan investor institusional, dan saya pikir tahun ini mungkin menjadi tahun sovereign wealth funds,” imbuhnya.
Bitcoin Kehilangan Pamor di Kazakhstan
Setelah terjadi demo besar-besaran di Kazakhstan akibat protes masyarakat terkait kenaikan harga bahan bakar sejak 5 Januari 2022 kemarin. Membuat pemerintah mengambil langkah ekstrem dengan menutup layanan internet.
Penutupan akses internet di Kazakhstan selama kerusuhan berimbas pada lumpuhnya kegiatan penambangan Bitcoin.
Diketahui saat ini Kazakhstan menjadi rumah kedua bagi penambang Bitcoin setelah Amerika Serikat.
Baca juga: Wali Kota New York City Eric Adams Terima Gaji dalam Bentuk Bitcoin
Kelumpuhan ini bahkan menyebabkan penurunan pada kekuatan komputasi global bitcoin sebesar 13%.
Meski begitu, saat ini hampir 80% kegiatan penambangan legal mulai kembali beroperasi. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Alan Dorjiyev dari Asosiasi Nasional Industri Blockchain dan Pusat Data di Kazakhstan.
“Pemadaman internet menambah kekhawatiran tentang stabilitas dan prospek bisnis karena pengawasan pemerintah yang lebih ketat,” ujar salah satu penambang dikutip dari Reuters.
Meski penambangan Bitcoin sudah mulai beraktifitas, namun tidak menutup kemungkinan para klien lama dari penambang akan mencari negara lain untuk beroperasi.
Tak hanya itu pemadaman internet di Kazakhstan membuat para penambah semakin khawatir dengan stabilitas dan prospek bisnis mereka karena adanya pengawasan pemerintah yang lebih ketat.
Salah satu contonya Vincent Liu, penambang lama China yang pindah haluan ke Kazakhstan untuk meraup keuntungan dari murahnya harga listrik. Liu mengaku perubahan yang terjadi di lingkungan Kazakhstan mendorongnya untuk mengalihkan operasi ke Amerika Utara atau Rusia.
"Dua atau tiga tahun sebelumnya, kami menyebut Kazakhstan sebagai surga industri pertambangan karena lingkungan politik yang stabil dan listrik yang stabil," tambah Liu.
Disisi lain akibat dari adanya penambangan Bitcoin membuat konsumsi listrik negara ini melonjak, terlebih para penambang ilegal yang memakan dua kali daya listrik.