Bukan Hanya Warren Buffett, Bos Mictosoft Bill Gates Pun Anti Aset Kripto, Ini Alasannya
Miliarder yang termasuk sepuluh orang terkaya dunia, Warrent Buffett dikenal sangat anti berinvestasi di aset kripto.
Editor: Hendra Gunawan
Untuk mendapatkan Bitocoin, penambang menggunakan komputer untuk memecahkan serangkaian kode. Dari kode itulah penambang akan mendapat Bitcoin.
Agar kode terpecahkan, dibutuhkan mining rig berupa komputer dan kartu grafis yang kuat serta butuh energi listrik yang besar.
Dalam sebuah laporan, Universitas Cambridge mengungkapkan bahwa konsumsi listrik yang digunakan untuk menambang Bitcoin lebih banyak ketimbang konsumsi listrik di Pakistan dalam setahun.
Baca juga: Agar Lebih Aman dan Kena Pajak Rendah, Investor Disarankan Gunakan Exchange Kripto Terdaftar
Penambangan bitcoin dalam setahun membutuhkan 123,64 terra-watt (TWh) listrik, sementara seantero Pakistan hanya mengonsumsi 120,56 TWh per tahun.
Transaksi anonim dan harga yang fluktuatif
Kedua, selain soal konsumsi listrik, anonimitas dari Bitcoin juga dipersoalkan oleh Gates.
Menurut pendiri Microsoft ini, anonimitas ini menjadikan Bitcoin kerap digunakan untuk membeli narkoba, melakukan pencucian uang, penggelapan pajak, dan pendanaan teroris.
Alasan ketiga yang membuat Gates tidak menaruh hati pada Bitcoin ialah karena harganya yang sangat fluktuatif.
Ia berpendapat hal ini dapat memengaruhi para investor yang notabene tidak memiliki dana cadangan yang cukup.
Harga Bitcoin memang dilaporkan mengalami tren kenaikan selama 2021. Bahkan, Bitcoin sempat mencapai harga tertinggi pada Oktober 2021, dengan harga 66.000 dollar AS atau sekitar Rp 931 juta per keping.
Namun, sejak Oktober 2021 hingga Mei 2022 ini, harga Bitcoin terus menunjukkan tren penurunan.
Berdasarkan data di situs CoinDesk, harga Bitcoin kini anjlok ke level 28.993 dollar (setara Rp 422 juta) per keping, pada perdagangan Jumat (27/5/2022).
Pada pertengahan Mei lalu, harga aset kripto Terra (LUNA) juga anjlok drastis hingga hampir 90 persen.
Pantauan KompasTekno, Jumat siang, kini, harga token Luna tinggal 0,000126 dollar AS atau Rp 1,8 (1,8 perak).
Baca juga: Pasar Kripto Tertekan, Apa yang Harus Dilakukan Investor? Ini Langkahnya
Padahal, pada April 2022, Terra Luna sempat mencapai harga tertinggi senilai 119 dollar AS (Rp 1,7 juta) per keping koin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.