Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Startup PHK Ratusan Karyawan, Para Pemodal Mulai Berpikir Tak Asal Bakar Duit

Sejumlah perusahaan startup dalam beberapa pekan lalu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Startup PHK Ratusan Karyawan, Para Pemodal Mulai Berpikir Tak Asal  Bakar Duit
istimewa/shutterstock
Ilustrasi PHK 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan startup dalam beberapa pekan lalu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya.

Langkah ini cukup mengagetkan, di mana pada masa kini perusahaan-perusahaan startup dianggap sebagai perusahaan bermasa depan cerah.

Startup yang melakukan PHK terhada karyawannnya diantaranya adalah Fabelio perusahaan furniture, startup pertanian Tanihub, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) alias LinkAja dan startup teknologi edukasi Zenius

Baca juga: Ini Sejumlah Penyebab Perusahaan Startup Mulai Lakukan PHK

Perusahaan startup yang melakukan PHK ini tak menyebutkan bahwa susah dapat pendanaan menjadi alasan melakukan PHK, melainkan penyesuaian bisnis.

Itu berarti bisa dibilang sebagai langkah efisiensi perusahaan dalam menggunakan dana yang dimiliki.

Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Rudiantara menyebut saat ini banyak modal ventura yang mulai beralih fokus dimana mulai melihat kinerja keuangan dari perusahaan dibanding melihat traction dari digital startup ini.

Adapun, yang dimaksud dengan traction ini ialah melihat seperti jumlah pengguna atau pengunduh dan loyalitas pengguna terhadap startup tersebut.

Baca juga: LinkAja dan Zenius PHK Ratusan Karyawan, Simak Alasannya

Berita Rekomendasi

Dimana, hal tersebut terkadang untuk mencapai traction yang bagus dengan melakukan yang sering dikenal dengan bakar uang.

“Dulu mereka bakar duit untuk dapat pengguna dan sejak Covid-19 investor mulai melihat ini bakal untung atau tidak,” ujar Rudiantara kepada KONTAN, akhir pekan ini.

Oleh karenanya, Rudiantara melihat modal ventura saat ini bukan berarti tidak memiliki dana untuk mendanai para digital startup ini.

Melainkan, mereka lebih selekif lagi dalam menempatkan uangnya pada perusahaan rintisan ini.

Sementara itu, ia juga menyebut fenomena digital startup yang mulai turun dengan PHK besar-besaran ini bukanlah hal yang baru.

Justru, ia melihat kondisi sekarang tingkat keberhasilan digital startup setelah lima tahun justru membaik.

“Setelah lima tahun hanya 10 % digital startup yang masih bisa terus, ini lebih bagus dari enam tahun lalu yang tingkat keberhasilannya hanya 5 % ,” imbuh Rudiantara.

Jika ditelusuri lebih lanjut, pendanaan modal ventura kepada digital startup ini memang belum ada habisnya.

Baca juga: PHK Ratusan Karyawan, Ada Apa Dengan LinkAja?

Misalnya, East Venture yang baru-baru ini memimpin pendanaan untuk Novelship senilai US$ 10 juta dan tergabung dalam pendanaan bersama untuk Pebble senilai US$ 6,2 juta.

Partner East Ventures Melisa Irene bilang pada pendanaan tahap awal, pihaknya fokus pada people dan potential market.

Mereka mencari startup yang dipimpin oleh founders yang punya karakteristik yang berintegritas, memiliki self-awareness, dan paradoxical trait.

“Tim yang baik akan membangun produk yang bagus dan menjangkau pasar yang besar, agar perusahaan tersebut bisa berkembang dengan sangat cepat,” ujar Melisa.

Adapun, East Venture hingga kuartal 3-2021 menjadi yang paling aktif dengan jumlah transaksi sebanyak 25, berdasarkan data dailysocial.id.

Maklum, Melisa bilang bahwa pihaknya tak menentukan budget untuk mendanai melainkan berinvestasi pada startup yang sesuai dengan hipotesis East Venture.

Segendang sepenarian, Chief Investment Officer Mandiri Capital Indonesia (MCI) Dennis Pratistha bilang bahwa selama ini pihaknya juga selama ini berusaha selektif dalam memilih startup untuk melakukan investasi jangka panjang.

“Kami sebisa mungkin menghindari perusahaan yang tidak jelas. Juga untuk perusahaan yang sudah kita investasikan memiliki strategi yang sudah tidak jelas, kami juga mulai memikirkan untuk exit,” ujar Dennis.

Di sisi lain, Dennis pun masih optimis bahwa digital startup ini memiliki masa depan yang cerah. Sejalan dengan aktivitas masyarakat saat ini yang juga bisa dibilang bergantung pada digital startup ini.

“Sekarang kan kalau kita mau bayar sesuatu juga sudah banyak melakukan e-wallet,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dalam melakukan pendanaan, MCI stabil melakukan investasi pada tiga hingga empat perusahaan dalam setahun. Tahun ini, mereka memiliki budget hingga Rp 100 miliar untuk investasi baru tahun ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa penyebab utama industri startup melakukan PHK.

"Pertama, Produk yang kalah bersaing, sehingga kehilangan market share secara signifikan. Kedua, kesulitan mencari pendanaan baru akibat investor lebih selektif memilih startup," papar Bhima saat dihubungi, Sabtu (28/5/2022).

Faktor ketiga, kata Bhima, kondisi makro ekonomi secara global penuh ketidakpastian, sehingga investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi, terlebih ada kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negaranya.

Keempat, saat ini pasar mulai jenuh dan hypersensitif terhadap promo dan diskon.

"Jika aplikasi tidak berikan diskon maka user menurun drastis. Jadi budaya mencoba layanan aplikasi karena promo mulai berakhir," ucapnya.

Kelima yaitu pandangan bahwa paska pandemi user digital masih akan tinggi mulai terbantahkan, di mana pandemi memaksa masyarakat untuk go digital, tapi ketika mobilitas dilonggarkan banyak yang gunakan kesempatan untuk belanja di toko fisik.

"Jadi winter atau musim dingin di saham-saham startup diperkirakan masih berjalan cukup lama. Para founder dan CEO harus mempersiapkan diri dari yang terburuk, terlebih beberapa startup yang merugi, hanya andalkan pendanaan baru," paparnya.

"Ini ibaratnya rumah kartu, ketika satu startup kehabisan pendanaan, sementara investor baru tidak tertarik membeli maka fondasi startup akan runtuh. Tech bubble bukan sesuatu yang mustahil," sambung Bhima.

Melihat kondisi tersebut, Bhima mengimbau industri startup harus lakukan berbagai perombakan strategi jika ingin survive atau bertahan, dengan evaluasi ulang target pasar, ubah bisnis model apabila tidak memiliki prospek pasar yang kompetitif.

Kemudian, fokuskan pada inovasi layanan atau produk, kolaborasi dengan pihak yang memang potensial.

"Startup juga perlu menurunkan target pertumbuhan secara wajar atau organik, prioritaskan tim manajerial yang solid dibandingkan hanya bertujuan mencari pendanaan tapi produk tidak laku dipasaran. Utamakan revenue stream dan kualitas cashflow karena hal itu yang dilirik oleh investor saat ini," paparnya.

Diketahui, startup yang melakukan PHK yaitu e-commerce JD.ID, startup bidang pendidikan Zenius, startup bidang furniture Fabelio, startup bidang pertanian Tanihub, dan layanan transaksi keuangan miliki BUMN LinkAja.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas