Tesla Diterpa Isu Resesi, 9.900 Karyawan Berpotensi Kena PHK, Ancam Pegawai yang WFH
CEO Tesla Elon Musk berencana memangkas 10 persen atau 9.900 karyawan yang bekerja di pabrik mobil listriknya.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – CEO Tesla Elon Musk berencana memangkas 10 persen atau 9.900 karyawan yang bekerja di pabrik mobil listriknya.
Informasi tersebut diketahui publik setelah Musk mengirimkan sebuah email yang berjudul "pause all hiring worldwide" atau menghentikan sementara seluruh perekrutan seluruh dunia kepada Reuters, Kamis (2/6/2022).
Dalam email tersebut Musk menyebut bahwa pihaknya memiliki firasat buruk akan kondisi perekonomian perusahaan mobil listriknya. Hal inilah yang membuat Musk terpaksa mengurangi jumlah karyawannya, demi menghindari adanya resesi yang mendalam pada pabrik supercarnya.
Baca juga: Tesla AI Day Siap Digelar 30 September 2022
“Tesla akan mengurangi jumlah pegawai yang digaji sebesar 10 persen, karena telah menjadi kelebihan staf di banyak bidang” Jelas email yang ditulis Musk.
Menurut data tahunan SEC, Tesla sendiri diketahui telah mempekerjakan sekitar 100.000 orang pada akhir 2021, angka ini bertambah jika dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Namun setelah pasar global diterpa inflasi akibat konflik Rusia dan Ukraina hingga pembatasan wilayah di China membuat beberapa negara mengurangi jumlah impor, termasuk pemangkasan pembelian otomotif kendaraan mewah Tesla Inc.
Baca juga: Penjualan Tesla Terhambat Pajak Impor, Elon Musk Ancam Batal Bangun Pabrik Supercar di India
Hal ini lantas memicu penurunan saham Tesla di perdagangan AS dimana pada hari Jumat (3/6/2022) saham Tesla turun sebesar 9 persen.
“Saya pikir kita mungkin berada dalam resesi dan resesi itu akan terjadi.” Ujar Musk ada sebuah konferensi pada pertengahan Mei di Miami Beach.
Sementara itu baik Musk maupun manajemen Tesla, hingga saat ini masih menolak memberikan komentarnya terkait adanya isu resesi yang menyebabkan pemangkasan karyawan.
Kembali ke Kantor atau Keluar dari Perusahaan
Sebelum Musk mengusulkan rencana pemangkasan karyawan, pihaknya telah lebih dulu memberikan peringatan pada stafnya yang bekerja di Tesla Inc untuk kembali bekerja secara work from office (WFO).
Elon Musk juga mengancam karyawannya untuk pergi dari Tesla apabila tidak mau menghabiskan waktu minimal 40 jam per minggu di kantor.
“Semua orang di Tesla diharuskan menghabiskan minimal 40 jam di kantor per minggu. Jika Anda tidak muncul, kami akan menganggap Anda telah mengundurkan diri.” Ungkap Musk.
Meski permintaan tersebut telah mendapat banyak pertentangan dari para karyawannya. Namun menurut Musk cara tersebut perlu dilakukan demi meningkatkan kualitas para karyawan Tesla.
“Pekerjaan jarak jauh tidak lagi dapat diterima. Siapa pun yang ingin melakukan pekerjaan jarak jauh harus berada di kantor minimal (dan maksud saya minimum) 40 jam per minggu atau berangkat Tesla. Ini kurang dari yang kami minta dari pekerja pabrik,” tulis Musk dalam tweet-nya, yang dikutip dari Bloomberg.
Musk tidak secara langsung membahas apakah email tersebut asli atau bukan, namun dia memperingatkan, bagi mereka yang menentang, harus pergi atau ‘berpura-pura bekerja di tempat lain’.
“Mereka harus berpura-pura bekerja di tempat lain,” tambahnya.
Ini bukan pertama kalinya Musk menunjukkan tindakan tegas terhadap karyawannya. Dua minggu sebelum Musk mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi Twitter Inc, seorang pemodal ventura dan pengusaha, Keith Rabois men-tweet sebuah cerita mengenai Musk.
Baca juga: Tesla Pertimbangkan Adopsi AirPlay Apple Untuk Tingkatkan Kualitas Audio
Dalam cerita tersebut, Musk yang sedang berada di perusahaannya Space Exploration Technologies Corp. (SpaceX), memperhatikan sekelompok pekerja magang yang berkeliaran sambil menunggu antrean untuk minum kopi.
Musk yang melihat kejadian tersebut, menganggapnya sebagai bentuk penghinaan terhadap produktivitas. Menurut cerita Rabois, yang mengenal Musk sejak mereka bekerja di PayPal Holdings Inc., Musk bahkan mengancam akan memecat semua pekerja magang jika hal itu terjadi lagi, dan memasang kamera keamanan untuk memantau karyawannya.
Pada bulan April lalu, Rabois memperingatkan karyawan Twitter harus bersiap, karena kemungkinan kebijakan Twitter akan berubah begitu Musk mengambil alih perusahaan itu.