Harga Terjun Bebas Sepanjang 2022, Investasi Aset Kripto Masih Punya Prospek?
Merujuk Coinmarketcap, pada pukul 11.30 WIB, Bitcoin berada di level US$ 29.709,05 atau telah turun 37,70% secara year to date.
Editor: Hendra Gunawan
Sebagian investor telah panik sehingga melakukan banyak aksi jual dan memindahkan dananya ke aset yang tidak beresiko.
Walau begitu, ia menyebut kondisi tersebut tidak banyak memberi dampak yang signifikan terhadap trading volume aset kripto di Tokocrypto.
Selain itu, jumlah investor di Tokocrypto juga masih tetap mencatatkan pertumbuhan di tengah kondisi tersebut.
“Sepanjang April-Mei, dari data internal terjadi peningkatan 15 % dari daily trading volume pada kuartal I 2022 sebesar $ 50 juta.
Kemungkinan, investor dalam negeri masih percaya terhadap pertumbuhan industri aset kripto ke depannya,” tutur Cenmi.
Baca juga: Lawan Penipuan Berkedok Aset Kripto, Pemerintah Uruguay Gencar Sosialisaikan Kampanye Uang Digital
Sementara untuk jumlah investor di Tokocrypto, Cenmi menyebut per April kemarin, jumlahnya sudah sebesar 2,7 juta investor.
Adapun, pada akhir kuartal I-2022, jumlahnya sebanyak 2,5 juta investor. Artinya masih ada kenaikan sekitar 200.000 investor di tengah tekanan yang dihadapi industri kripto.
Terpuruk
Merujuk Coinmarketcap, pada pukul 11.30 WIB, Bitcoin berada di level US$ 29.709,05 atau anjlok 37,70 % secara year to date (ytd).
Sementara itu, Ethereum yang berada di level US$ 1.789,96, lalu Binance Coin yang berada di level US$ 297,10, masing-masing juga ambles 52,52 % dan 43,67 % sepanjang tahun berjalan.
Sementara itu, tren bearish tersebut juga memberi dampak terhadap market cap industri kripto. Pasalnya, kini market cap industri kripto hanya sebesar US$ 1,26 triliun.
Padahal, pada awal tahun 2022, jumlahnya masih sebesar US$ 2,19 triliun. Artinya, telah terjadi penurunan market cap sebesar 42,5 % pada periode tersebut.
CEO Digital Exchange Duwi Sudarto Putra mengungkapkan, tekanan bertubi-tubi yang melanda pasar kripto menjadi penyebab turunnya harga dan market cap aset kripto.
Mulai dari pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed), terjadinya konflik geopolitik, hingga tingginya inflasi global telah menekan aset berisiko, termasuk aset kripto.