Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inflasi Dorong Kegagalan Rebound Bitcoin Hingga Harganya Anjlok

Sempat mengalami rebound pada minggu lalu, kini harga Bitcoin kembali jatuh ke bawah 19.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Desember 2020 lalu.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Inflasi Dorong Kegagalan Rebound Bitcoin Hingga Harganya Anjlok
Shutterstock
Ilustrasi trading bitcoin - Inflasi Dorong Kegagalan Rebound Bitcoin Hingga Harganya Anjlok 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sempat mengalami rebound pada minggu lalu, kini harga Bitcoin kembali jatuh ke bawah 19.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Desember 2020 lalu.

Amblesnya harga Bitcoin terjadi akibat adanya tekanan pasar kripto di tengah pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral AS The Fed.

Meski keputusan The Fed untuk menaikan suku bunga sebanyak 0,75 point diprediksi dapat menurunkan tingkat inflasi di Amerika.

Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok, Nilainya Merosot ke Bawah 20.000 Dolar AS

Namun sayangnya hal tersebut justru makin menghadirkan tekanan yang lebih luas hingga membuat saham AS mengalami penurunan persentase mingguan terbesar dalam dua tahun terakhir.

Kekhawatiran inilah yang kemudian membuat para investor kripto kelimpungan, hingga mereka nekat melakukan aksi jual masal aset cryptocurrency untuk mencegah timbulnya kerugian yang makin mendalam.

Hal tersebut lantas memicu penurunan drastis pada harga Bitcoin, mengutip dari Reuters pada Minggu (19/6/2022) harga Bitcoin telah mengalami penurunan sebanyak 9,40 persen menuju 18.609 dolar AS.

“Kekhawatiran resesi yang melonjak melumpuhkan selera investor hingga membuat pedagang kripto berhati-hati untuk membeli Bitcoin di posisi terendah,” kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.

Praktis penurunan tersebut membuat munculnya trend bear market pada pasar cryptocurrency. Hingga perusahaan dana lindung kripto Three Arrows Capital, berencana menjual beberapa aset kriptonya untuk mencegah timbulnya kerugian pada perusahaan.

Sebelum pasar kripto menghadapi titik suram, para analis dari perusahaan jasa keuangan telah lebih dulu memprediksi adanya tren bearish pada pergerakan kripto di tahun ini.

Jeffrey Gundlach misalnya, CEO dari DoubleLine Capital menyebut bawah harga Bitcoin akan turun jauh dari 20.000 dolar AS, lantaran hadirnya inflasi pada beberapa bulan terakhir telah menghilangkan pijakan para investor untuk melakukan investasi pada aset digital.

Baca juga: Update Harga Kripto, Nilai Bitcoin Anjlok di Zona Merah Turun 7,12 Persen

Tak hanya Bitcoin saja yang mengalami penurun, menurut data yang dilansir dari Coinmarketcap dalam 24 jam terakhir hampir semua aset kripto ikut memerahkan rapotnya, seperti Ethereum yang ambruk 11,30 persen menuju 960.67 dolar AS, disusul Dogecoin yang bearish sebanyak 7,62 persen ke angka 0.05227 dolar AS, serta Shiba Inu yang turun 8,03 persen hingga membuat nilainya jatuh di harga 0.000007517 dolar AS.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas