Tantangan di Dunia Metaverse Tak Hanya Survive di Sisi Keuangan, Apa Saja?
Tuhu menegaskan saat ini masih banyak yang harus dibenahi dari industri kripto atau metaverse khususnya di Indonesia.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tantangan bagi dunia metaverse bukan hanya survive dari sisi keuangan. Apa saja tantangannya?
Pengamat metaverse, Tuhu Nugraha menerangkan, fenomena yang terjadi saat ini membuat para pelaku tidak lagi sekadar menciptakan dan melakukan praktik jual beli token.
Tuhu menegaskan saat ini masih banyak yang harus dibenahi dari industri kripto atau metaverse khususnya di Indonesia.
Baca juga: Shiba Inu Menguat di Atas 13 Persen saat Bitcoin Ambruk di Pasar Kripto
"Memang banyak yang harus dibenahi. Tidak lagi sekedar untuk berspekulasi, masih ada aspek regulasi, kedaulatan negara, hingga money laundry yang perlu diatasi," ujar Tuhu dalam keterangannya, Jumat (24/6/2022).
Metaverse sendiri, ucap Tuhu, perjalanannya masih panjang, konsumennya masih belum terlalu siap.
"Tapi konsep ini sangat bisa diarahkan untuk kepentingan industri yang sudah mapan, misalnya untuk riset dan eksperimen sebelum dilaunch ke pasar,” kata Tuhu.
Tuhu menjelaskan sebenarnya kelebihan metaverse yang memungkinkan kolaborasi skala dunia membuatnya ideal untuk kepentingan simulasi dunia nyata.
Ia merasa nantinya bisa berubah fokus metaverse dari awalnya sebuah gamefi menjadi menghasilkan nilai yang nyata.
"Fokusnya harus di real world event. Mulai dari konser, galeri, hingga museum virtual. Jadi walaupun unsur fun tetap ada, nilai yang diciptakan harus yang memang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lebih bagus lagi jika bisa menarik sponsorship dari dunia nyata. Jika tidak, ujungnya hanya jadi skema ponzi baru,” ujar Tuhu.
Baca juga: Diyakini Masih Bisa Terus Tumbuh, Dunia Kripto Kini Sedang di Fase Turun
Chief Blokchain Officer di Realitychain, Pandu Sastrowardoyo, menegaskan dalam mengembangkan bisnis atau investasi di kripto atau metaverse tidak boleh sembarangan.
"Segala bentuk risiko harus bisa diantisipasi dengan baik termasuk naik dan turunnya harga," tutur Pandu.
Ia mengakui khusus tantangan bagi dunia metaverse memang bukan hanya survive dari sisi keuangan atau keuntungan saja.
“Kejadian ini juga membuat developer metaverse belajar untuk tidak terpaku kepada upaya mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya saja, namun juga membangun experience yang fun, yang menjadi value utama dari sebuah metaverse,” ucap Pandu.
Baca juga: Kembangkan Talenta Kripto, Perguruan Tinggi Bangun Pusat Literasi Blockchain
Sementara itu, CEO Realitychain Adam Ardisasmita memastikan pihaknya akan fokus ke ke sustainable business dengan membangun value dan memenuhi kebutuhan user. Ia memastikan pihaknya belum terganggu dengan anjloknya harga kripto.
"Saat ini kami belum terdampak langsung oleh crypto crash yang terjadi karena belum launch token sendiri. Tapi pasti akan jauh lebih siap jika hal ini kembali terjadi di masa depan," tutur Adam.