Harga Bitcoin Jeblok, Dibayangi Lonjakan Inflasi Jelang Perilisan Data Indeks Harga Konsumen AS
Menurut pantauan pasar Coinmarketcap, harga Bitcoin merosot 4,01 persen menjadi 22.877 dolar AS per koin. Sedangkan Ethereum ambles 6,01 persen
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Jelang perilisan data indeks harga konsumen (CPI) periode Juli 2022 di Amerika, harga Bitcoin dan sederet mata uang kripto cenderung melemah pada perdagangan Rabu (10/8/2022) siang.
Menurut pantauan pasar Coinmarketcap, harga Bitcoin merosot 4,01 persen menjadi 22.877 dolar AS per koin. Sedangkan Ethereum ambles 6,01 persen ke posisi 1.671 dolar AS.
Menyusul yang lainnya koin digital alternatif (alternate coin) seperti Solana yang ambrol sebanyak 7,20 persen hingga nilai nya jatuh ke level 39,35 dolar AS, disusul Polkadot yang ikut tergelincir 6,21 persen menjadi 8,63 dolar AS.
Baca juga: Bitcoin Diprediski Beralih Aset Risk-Off di Tengah Bullishnya Pasar Kripto
Tak hanya itu, penurunan serupa juga dialami uang kripto berbasis meme yaitu Dogecoin yang mencatatkan pelemahan nilai sebanyak 3,63 persen menuju 0.06832 dolar AS, dilanjutkan Shiba Inu yang memerahkan rapor dengan jatuh sebanyak 3,28 persen menuju ke level 0.00001201 dolar AS.
Merosotnya mayoritas kripto ini terjadi akibat dari aksi wait and see para investor di tengah ketegangan pasar AS menjelang perilisan indeks CPI. Lonjakan laju inflasi di bulan Juni hingga tembus di angka 9,1 persen, membuat investor khawatir apabila di periode Juli angka inflasi akan kembali melanjutkan kenaikan.
Sebelum data inflasi dari sisi konsumen atau CPI dirilis pada Rabu malam nanti, indeks CPI asal negeri Paman Sam pada bulan Juli diperkirakan sedikit menurun menjadi 8,7 persen.
Meski begitu tampaknya prediksi ini tak membuat kekhawatiran investor memudar. Apabila nantinya indeks CPI melesat naik diatas ekspektasi, hal tersebut tentunya akan memaksa bank sentral The Fed untuk memperketat kebijakan moneternya dengan menaikan suku bunga acuannya.
Hingga membuat keberadaan aset berisiko seperti obligasi, emas dan cryptocurrency terancam. Alasan ini yang memicu investor untuk melakukan aksi jual massal demi menghindari kerugian yang mendalam pada aset berharganya.
Baca juga: Jangan Terkecoh Bullish Bitcoin, Ternyata Seperti Ini Prediksi Pasar Cryptocurrency Pada 2027
“Inflasi adalah apa yang membunuh Bitcoin akhir tahun lalu dan jika tekanan harga menunjukkan tanda-tanda pelonggaran yang signifikan, Bitcoin mungkin dapat meledak di atas kisaran perdagangan baru-baru ini,” kata Ed Moya, seorang analis pasar senior Oanda.
Terlepas dari penurunan tersebut, Bloomberg mencatat bahwa Bitcoin dalam satu bulan terakhir telah menikmati kenaikan hingga BTC sempat tembus diatas 24.000 dolar AS pada pekan lalu.
Walau Bitcoin dan koin kripto lainnya tengah mengalami pelemahan, namun Michael Novogratz miliarder sekaligus CEO jasa keuangan crypto Galaxy Digital Holdings Ltd menghimbau agar para investor berhati – hati dan tak gegabah melakukan aksi jual masal, dengan begini Bitcoin bisa terhindar dari risk off.