Chainalysis: Stablecoin Digunakan untuk Melawan Devaluasi dan Inflasi di Amerika Latin
Penggunaan stablecoin tumbuh di Amerika Latin karena penduduk di wilayah itu berusaha melindungi diri dari devaluasi dan inflasi yang tinggi.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA - Perusahaan penyedia data blockchain Chainalysis mengungkapkan, penggunaan stablecoin tumbuh di Amerika Latin karena penduduk di wilayah itu berusaha melindungi diri dari devaluasi dan inflasi yang tinggi.
Meskipun sering dikritik oleh banyak orang, stablecoin menjadi bagian penting dari aktivitas pasar cryptocurrency di beberapa negara.
Penggunaan stablecoin di Amerika Latin, terutama Argentina dan Venezuela telah mengalami peningkatan, menurut laporan Chainalysis.
Melansir dari Bitcoin News, dalam laporan yang menyoroti penggunaan cryptocurrency di kawasan itu, menunjukkan transaksi kecil atau di bawah nominal 1.000 dolar AS di Venezuela tercatat melibatkan stablecoin. Sementara di Argentina tercatat 31 persen transaksi kecil melibatkan stablecoin.
Peningkatan penggunaan stablecoin di Amerika Latin terjadi ketika negara-negara di wilayah itu menghadapi rekor dalam inflasi dan devaluasi mata uang fiat mereka.
CEO pertukaran cryptocurrency yang berbasis di Argentina Ripio, Sebastian Serrano percaya stablecoin populer karena menawarkan lindung nilai digital dalam dolar.
"Secara psikologis, orang Argentina menggunakan kripto untuk keamanan. Itulah mengapa Anda melihat begitu banyak penggunaan stablecoin — karena ini adalah alternatif digital yang baik untuk menyimpan dolar fisik," kata Serrano.
Tidak hanya Argentina dan Venezuela yang mengandalkan stablecoin, Brasil, salah satu negara dengan ekonomi terbesar di kawasan itu juga mencatat penggunaan stablecoin yang tinggi.
Baca juga: Rusia Bangun Platform Pembayaran Lintas Batas Berbasis Stablecoin
Menurut angka yang disajikan Otoritas Pajak Brasil pada Agustus, dua stablecoin yaitu USDT dan USDC berada di lima besar cryptocurrency yang digunakan untuk memindahkan dana.
Secara khusus, USDT Tether digunakan untuk memindahkan dana sebesar 1,4 miliar dolar AS dalam 79.836 operasi di Brasil, dengan jumlah rata-rata hampir 18 ribu dolar AS per transaksi.
Inisiatif perusahaan pada layanan berbasis stablecoin
Ketergantungan stablecoin ini menggerakkan perusahaan untuk menawarkan layanan yang menggunakan stablecoin sebagai cara untuk menabung dan mendapatkan keuntungan.
Salah satu program ini diluncurkan Bitso, pertukaran mata uang kripto Meksiko, pada Mei. Sebagai bagian dari program ini, yang disebut Bitso+, pertukaran kripto ini menawarkan keuntungan hingga 15 persen dalam stablecoin.
Baca juga: Layanan Transfer Stablecoin MoneyGram Diluncurkan, Memungkinkan Pengguna Mengirimkan USDC
Inisiatif Bitso telah menarik banyak pelanggannya, tercatat ada lebih dari satu juta pelanggan dalam program ini sejak diluncurkan.
Menawarkan produk untuk melawan inflasi dan memungkinkan penggunaan cryptocurrency telah menjadi kunci dan strategi bisnis pertukaran kripto, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Presiden Produk Bitso, Santiago Alvarado.
"Kami bangga melihat peran yang dimainkan Bitso di Amerika Latin saat kami mengembangkan produk berbasis kripto baru yang disesuaikan dengan kebutuhan klien kami, seperti pembayaran, pengembalian, dan dukungan terhadap inflasi," ujar Alvarado.
Baca juga: Jepang Loloskan RUU untuk Membatasi Penerbitan Stablecoin
Bitso dan Ripio juga mengumumkan pengembangan kartu kredit berbasis kripto pada Agustus, yang memungkinkan pelanggannya menyimpan dana dalam bentuk cryptocurrency dan stablecoin.
Di Brasil, perusahaan keuangan Smartpay juga menyertakan USDT Tether di lebih dari 24.0000 ATM, sebagai cara untuk memungkinkan orang-orang menukar stablecoin mereka dengan mata uang fiat dengan aman.