Pasar NFT Hilang Pamor, Harga Token Bored Ape Turun 84 Persen
Jumlah tersebut anjlok drastis apabila dibandingkan dengan harga diawal 2022 ketika saat itu NFT berada di puncak kejayaan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Tak hanya pengguna NFT yang melonjak, studi yang dikembangkan dengan firma riset milik BNP Paribas L'Atelier mencatat angka perdagangan NFT juga turut melesat naik tembus 17,6 miliar dolar AS di tahun lalu dari sebelumnya hanya dipatok 82 juta dolar AS.
Popularitas NFT di Indonesia
Di Indonesia popularitas NFT mulai melesat ketika nama Ghozali Everyday jadi pembicaraan hangat, karena sukses menjual foto selfie-nya sebagai aset Non-Fungible Token (NFT) dengan harga mencapai triliunan rupiah.
Berawal dari keisengan Ghozali yang menaruh koleksi foto selfie-nya dari tahun 2017 hingga 2021 di marketplace OpenSea, sebagai aset NFT. Pemuda asal Semarang ini sukses meraup keuntungan sebesar 66.346 ETH atau setara Rp 3,1 triliun.
Baca juga: Platform Musik NFT Besutan Musisi Taiwan Hadir di Indonesia, Artis dan Penggemar Bisa Kolaborasi
Foto selfi tersebut bisa laris lantaran dianggap sebagai NFT yang unik dan langka, sehingga memiliki additional value atau nilai lebih yang dapat dijual dengan harga yang tinggi.
Selain itu karena NFT sudah dienkripsi di blockchain tidak bisa diduplikat sehingga keasliannya terjamin. Alasan tersebut yang membuat NFT dapat dibandrol dengan harga yang fantastis
Berkat kesuksesan Ghozali sejumlah investor Indonesia bahkan ikut berlomba – lomba menciptakan karya yang unik dan menarik untuk di jual di platform OpenSea. Fenomena NFT Ghozali bahkan dianggap sebagai angin segar bagi perkembangan pasar NFT di Indonesia.
Meredupnya Kejayaan NFT
Sayangnya popularitas NFT kian meredup ditengah melesatnya isu resesi yang mengancam keamanan pasar global, menurut catatan dari situs komunitas analis ekosistem blockchain, Dune Analytics penurunan volume NFT mulai terlihat sejak beberapa bulan lalu. Namun penurunan tajam mulai terjadi setelah aset digital mengalami bear market pada awal Maret.
Kemunduran pasar token digital mulai terjadi setelah koin Ethereum mengalami keruntuhan nilai, anjloknya harga ETH akibat perpindahan sistem Proof of Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS) atau yang kerap disebut The Merge perlahan mempengaruhi profit penjualan NFT.
Ini terjadi lantaran koin kripto ETH merupakan aset digital yang paling umum digunakan untuk membeli ataupun menjual barang koleksi digital, penurunan nilai inilah yang kemudian membuat para investor mulai memperketat kegiatan jual beli NFT guna menghindari pembengkakan kerugian ditengah bear market.
Kondisi ini bahkan membuat volume penjualan NFT turun 98 persen selama sembilan bulan terakhir. Meski saat ini volume penjualan NFT tengah anjlok secara drastis, namun Dune Analytics mengemukakan bahwa jumlah penjual dan pembeli NFT sebenarnya masih cukup banyak.
Akan tetapi sebagian besar dari mereka tampaknya masih ragu untuk berinvestasi pada aset digital, terlebih saat ini dunia berada di tengah ancaman resesi. Guna memacu pertumbuhan volume NFT, sedet inovasi terus di hadirkan para pendiri industri digital. Langkah ini diambil agar NFT perlahan bisa bangkit ke posisi tertingginya, melawan gejolak bear market yang saat ini tengah melanda aset – aset digital.