Harga Minyak Langsung Naik Setelah OPEC+ Pertahankan Target Pengurangan Produksi
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 49 sen atau 0,6 persen, menjadi 86,06 dolar AS per barel pada pukul 07:00 GMT.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak naik tipis pada perdagangan hari ini, Senin (5/12/2022), setelah negara-negara OPEC+ mempertahankan target produksi untuk mengantisipasi keluarnya sanksi Uni Eropa dan pembatasan harga minyak mentah Rusia.
Sementara itu, ada tanda positif dari permintaan bahan bakar, saat lebih banyak kota di China melonggarkan pembatasan Covid-19 selama akhir pekan kemarin.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 49 sen atau 0,6 persen, menjadi 86,06 dolar AS per barel pada pukul 07:00 GMT.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 51 sen atau 0,6 persen, diperdagangkan pada 80,49 dolar AS per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau disebut sebagai OPEC+, pada Minggu (4/12/2022) sepakat untuk tetap berpegang pada rencana Oktober mereka dalam memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bpd) dari November hingga 2023.
Analis mengatakan, keputusan OPEC+ terjadi karena produsen utama minyak dunia memantau dampak larangan impor UE dan batas harga Group of Seven (G7) sebesar 60 dolar AS per barel pada minyak Rusia yang dikirim melalui laut.
Sebagai tanggapan atas batas harga tersebut, Rusia mengancam akan memangkas pasokan minyak ke negara-negara yang menerapkan batas harga itu.
"Sementara OPEC tetap stabil pada output selama akhir pekan, saya perkirakan mereka akan terus menyeimbangkan pasar," kata kepala riset komoditas di National Australia Bank, Baden Moore.
"Roll-off dari rilis SPR, dan penerapan sanksi Uni Eropa dan tindakan pembatasan harga untuk memperketat pasar, meskipun kami memperkirakan pasar telah memposisikan diri untuk prospek itu," lanjut Moore, mengacu pada cadangan minyak strategis AS (SPR).
Keputusan OPEC+ untuk mempertahankan tingkat produksi yang tidak berubah, datang bersama dengan data ekonomi yang lemah dari China, yang bagaimanapun dapat membalikkan kenaikan harga minyak, kata analis di perusahaan jasa keuangan CMC Markets yang berbasis di Shanghai, Leon Li.
"Data ekonomi China saat ini masih lemah, dengan penurunan impor dan ekspor yang tajam, yang mencerminkan permintaan domestik yang lesu dan tren penurunan ekonomi luar negeri. Mendorong permintaan minyak mentah sangat menantang," kata Li.
"OPEC+ mempertahankan produksinya tidak berubah. Tanpa langkah pengurangan produksi lebih lanjut, harga minyak bisa jatuh lagi," sambungnya.
Aktivitas bisnis dan manufaktur di China, ekonomi terbesar kedua di dunia dan importir minyak mentah utama, terpukul tahun ini di tengah langkah-langkah kebijakan nol-COVID yang ketat untuk mengekang penyebaran virus corona di negara itu.