Gegara Hacker, Investor Kripto Rugi 4 Miliar Dolar AS pada 2022
Perusahaan analitik blockchain Chainalysis mengungkapkan tahun lalu menandai tahun terburuk dalam rekor peretasan cryptocurrency.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perusahaan analitik blockchain Chainalysis mengungkapkan tahun lalu menandai tahun terburuk dalam rekor peretasan cryptocurrency.
Peretas cryptocurrency mencuri 3,8 miliar dolar AS pada 2022, menurut laporan Chainalyss, naik dari 3,3 miliar dolar AS pada tahun sebelumnya.
Dikutip dari CNBC, peretasan kripto terbanyak di tahun lalu terjadi pada Oktober dengan 775,7 juta dolar AS dicuri dalam 32 serangan peretasan terpisah, menurut penelitian tersebut.
DeFi Paling Terpukul oleh Peretasan Mata Uang Kripto
Protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi) menyumbang sekitar 82 persen atau 3,1 miliar dolar AS dari semua aset kripto yang dicuri oleh peretas pada 2022, mberdasarkan laporan Chainalysis.
Baca juga: Kemendag Akan Luncurkan Bursa Kripto Sebelum Juni 2023: Menteri Zulhas: Sekarang Lagi Persiapan
Protokol DeFi berisi serangkaian kode yang menentukan bagaimana mata uang virtual dapat digunakan di jaringan blockchain. Di dalam DeFi, terdapat kontrak digital yang disebut kontrak pintar.
Kontrak pintar adalah rangkaian instruksi yang dapat dilihat secara publik yang memungkinkan pengguna untuk meminjam, meminjamkan, atau melakukan transaksi tanpa perantara.
Setelah pengguna memenuhi syarat dan memenuhi ketentuan kontrak pintar, transaksi terjadi secara otomatis, mirip dengan mesin penjual otomatis.
Mayoritas dana digital dicuri dari aplikasi cross-chain bridge, menurut laporan tersebut. Perangkat lunak ini memungkinkan pengguna untuk mentransfer mata uang kripto mereka di berbagai blockchain.
Jembatan lintas rantai (cross-chain bridge) dapat menjadi target yang menarik bagi peretas karena saat pengguna menyimpan koin digital mereka ke dalam kontrak pintar untuk ditransfer ke blockchain lain, kontrak pintar menjadi semacam gudang terpusat.
“Honeypot yang lebih diinginkan hampir tidak bisa dibayangkan,” kata Chainalysis dalam laporannya.
“Jika jembatan menjadi cukup besar, kesalahan apa pun dalam kode kontrak pintar yang mendasarinya atau titik lemah potensial lainnya hampir pasti pada akhirnya akan ditemukan dan dieksploitasi oleh aktor jahat,” lanjut laporan itu.
Baca juga: Inflasi AS Melambat, Tren Penguatan Harga Aset Kripto Berlanjut
Cara Investor Melindungi Aset Kripto