Bitcoin Oversold di Tengah Lonjakan Imbal Hasil Obligasi
Relative Strength Index (RSI) atau indeks kekuatan relatif harian Bitcoin telah turun jauh di bawah 30, menunjukkan kondisi oversold.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indikator analisis teknis baru-baru ini menunjukkan kondisi oversold ekstrem pada Bitcoin karena lonjakan imbal hasil obligasi membebani aset berisiko, termasuk mata uang kripto.
Relative Strength Index (RSI) atau indeks kekuatan relatif harian Bitcoin telah turun jauh di bawah 30, menunjukkan kondisi oversold. Indikator tersebut telah turun ke level terendah sejak jatuhnya mata uang kripto akibat Covid-19 pada Maret 2020.
RSI merupakan indikator momentum yang berkisar antara 0 hingga 100, menunjukkan pergerakan harga aset baru-baru ini relatif terhadap pergerakan harga rata-rata selama periode tertentu, biasanya 14 hari.
Baca juga: Intelijen Blockchain: Korea Utara Kantongi Kripto Curian Hingga 200 Juta Dolar AS Selama 2023
Pembacaan di bawah 30 mencerminkan kondisi oversold, menyiratkan bahwa harga turun terlalu cepat terhadap rata-rata baru-baru ini. Sementara itu, pembacaan di atas 70 mengindikasikan kondisi overbought.
Salah satu kesalahan yang dilakukan komunitas kripto di platform X (sebelumnya bernama Twitter) dan sebagian besar pedagang pemula adalah menganggap pembacaan oversold dan overbought sebagai petunjuk awal dari pembalikan bullish dan bearish yang akan datang.
Namun bukan itu masalahnya. Pembacaan RSI yang oversold berarti harga turun terlalu cepat, sedangkan pembacaan overbought menunjukkan harga telah naik dengan cepat.
Adapun pembacaan RSI terbaru di bawah 30 atau oversold adalah tanda penguatan momentum bearish. Seperti kata pepatah lama, indikator bisa tetap oversold lebih lama daripada pembeli yang turun dan bisa bertahan.
Analis pasar senior di FxPro, Alex Kuptsikevich mengatakan tren bitcoin telah bergeser menjadi bearish.
"Bitcoin menutup pekan (terakhir) dengan penurunan yang mencolok di bawah rata-rata pergerakan 200 minggu dan 200 hari, menandakan pergeseran ke tren bearish. Dari level saat ini mendekati 26.000 dolar AS, area penurunan berikutnya tampaknya menjadi area pivot terakhir seharga 24.700 dolar AS," kata Kuptsikevich.