Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Kongsi GOTO-TikTok Shop, Akademisi Kritisi Penguasaan Pasar di Platform E-Commerce

Dengan adanya merger dua korporasi tersebut, pada akhirnya e-commerce memang akan dikendalikan oleh entitas yang memiliki kekuatan

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Soal Kongsi GOTO-TikTok Shop, Akademisi Kritisi Penguasaan Pasar di Platform E-Commerce
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Akademisi dari Universitas Gadjah Mada Hargo Utomo mengkritisi soal penguasaan pasar di platform e-commerce. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Akademisi dari Universitas Gadjah Mada Hargo Utomo mengkritisi soal penguasaan pasar di platform e-commerce. Hal tersebut bisa terjadi jika rencana Tiktok Shop menggandeng PT Goto Gojek Tokopedia Tbk terealisasi.

"Dengan adanya merger dua korporasi tersebut, pada akhirnya e-commerce memang akan dikendalikan oleh entitas yang memiliki kekuatan dalam menguasai basis pelanggan dengan sumberdaya produktif," ujar Hargo saat dihubungi, Senin (4/12/2023).

Ia menambahkan, di balik kekuatan dua korporasi besar tersebut, penting agar dilakukan pengawasan ketat. Selain itu, juga mewaspadai terjadinya ekspolitasi pasar oleh satu konglomerasi perusahaan teknologi.

Baca juga: Asosiasi E-Commerce Akui Belum Diskusi dengan Pemerintah Mengenai RPP Kesehatan

"Kalau toh ada yang perlu diwaspadai adalah Data Ownership dan Data Security. Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi akan berkurang maknanya jika kepemilikan data dan akses terhadap traffic transaksi data dikendalikan oleh pihak asing," kata Hargo.

Ditegaskan oleh Hargo, pengguna TikTok yang memiliki ratusan juta akun ditambah Tokopedia memiliki portofolio bisnis di sektor retail, maka PR pemerintah selanjutnya adalah tertuju bagi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

"Bisa dibayangkan, kombinasi yang dahsyat sekaligus menjadi tantangan besar bagi KPPU dalam memantau persaingan usaha," terang Hargo.

BERITA TERKAIT

Untuk menghindari terjadinya eksploitasi akibat penguasaan pasar di platform e-commerce, maka layak dipikirkan kembali pola hubungan antara pemilik platform TikTok-Tokopedia dan para mitra penyedia konten.

"Pola plasma-inti (seperti lazimnya di bisnis agro, -red) atau pola kemitraan bertingkat seperti yang berlaku di industri komponen otomotif, bisa dipikirkan implementasinya di marketplace. Dengan cara ini, minimal akan mereduksi potensi eksploitasi pasar akibat posisi persaingannya di ranah e-commerce," sambung Hargo.

Sebelumnya Presiden Jokowi juga mengingatkan soal adanya aplikasi yang menguasai data 123 juta WNI. Hal itu pula bersamaan dalam hitungan bulan karena ada pembelian yang sangat masif. Ia memberi perhatian pada keamanan data dan perilaku konsumen Indonesia yang dianggap sudah dikuasai dengan predatory pricing.

Baca juga: Lebih Hemat Waktu dan Ongkir, Simak Sederet Fitur Baru dari E-Commerce Ini!

"Jangan mau kita terkena juga kolonialisme di era modern ini. Kita gak sadar, tahu-tahu kita sudah terjajah secara ekonomi," kata Jokowi saat memberi pengarahan dalam program pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu, 4 Oktober 2023. Ia tidak ingin menyebutkan apa nama aplikasi itu.

Kekhawatiran soal keamanan data itu juga sempat disampaikan oleh berbagai kalangan. Ekonom, praktisi hingga pelaku usaha menganggap algoritma aplikasi besutan Bytedance itu melalui Tiktok Shop telah merugikan UMKM.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas