Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

Rizal Ramli : 50 Persen yang Jenuh Partai Inginkan Perubahan

Ramli menyebutkan, 50 persen yang jenuh dengan partai itulah yang menginginkan perubahan Indonesia.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Rizal Ramli : 50 Persen yang Jenuh Partai Inginkan Perubahan
Warta Kota/Henry Lopulalan
Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli selesai di priksa di Komisi Pemberantasan Korupsi, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (12/4/2013). Rizal diperiksa terkait penelusuran kasus dugaan korupsi dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia(BLBI). (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

Laporan Reporter Tribun Timur Mahyuddin

TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR--Salah satu peserta konvensi rakyat, Rizal Ramli menyambangi Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan dalam Kabinet Persatuan Nasional di era pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid ini menyambangi Kota Makassar sebagai salah satu daerah kunjungan konvensi.

"Sebagai penasehat PBB, saya optimis ekonomi Indonesia bisa kita tingkatkan di atas 10 persen dan kesejahteraan rakyat akan jauh lebih baik di era kepemimpinan saya nanti," kata Ramli, Minggu (16/2/2014) kepada wartawan.

Alumni Institut Teknologi Bandung tersebut menilai 50 persen orang Indonesia menjadikan partai sebagai jalur demokrasi, suara mereka diperebutkan oleh partai. Sementara 50 persen lainnya jenuh menempuh jalur partai untuk ikut berdemokrasi.

Ramli menyebutkan, 50 persen yang jenuh dengan partai itulah yang menginginkan perubahan Indonesia.

"Saya ikut konvensi yang dipimpin Solihin Wahid karena pada akhirnya konvensi yang digelar Demokrat malah menurun integritasnya," kata Ramli.

Berita Rekomendasi

Ditanya soal keinginannya maju sebagai capres, Ramli mengulas kisah semasa kecilnya yang menjadi Yatim Piatu di usianya yang ke tujuh. Ia pun kerap dilecehkan karena oleh rekannya sekolahnya karena miskin. Berkat keuletannya, Ramli diterima di ITB namun karena tidak punya uang ia pun harus bekerja mengumpulkan uang pembayaran.

"Saya bekerja sebagai buruh percetakan. Setelah uang terkumpul saya melanjutkan pendidikan tapi itu tidak lama karena di pertengahan kuliah uang saya habis lagi," kata Ramli.

Ramli tidak putus asa, memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik, Ramli jadi penerjemah karya tulis. Pekerjaan itulah yang memngantarnya menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah. Makanya, Ramli berniat untuk membuktikan anak yatim piatu mampu membangun Indonesia. Tidak hanya itu, Ramli juga akan membentuk generasi yatim piatu yang akan membangun bangsa. (Yud)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas