Banderol Nissan dan Datsun Tetap Meski Dollar Melejit
Hingga saat ini, produsen sekaligus pemegang merek mobil Nissan dan Datsun di Indonesia itu masih bertahan dengan segala cara
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah berdampak buruk terhadap sendi perekonomian, tak terkecuali industri otomotif. Sampai Selasa (17/3/2015), rupiah terus terpuruk hingga di kisaran Rp 13.100 per 1 dollar AS. Produsen mobil mulai memutar otak agar tak merugi, termasuk PT Nissan Motor Indonesia (NMI).
Hingga saat ini, produsen sekaligus pemegang merek mobil Nissan dan Datsun di Indonesia itu masih bertahan dengan segala cara agar harga mobil yang dipasarkan tak serta-merta naik. GM Pemasaran dan Strategi Produk NMI Budi Nur Mukmin mengatakan bahwa sampai sekarang, Nissan dan Datsun belum merencanakan adanya penyesuaian harga jual mobil.
”Kami mencari cara lain untuk mengerem efek dollar yang menguat. Tidak hanya dari kenaikan harga, pabrikan punya alternatif yang namanya cost reduction. Kalau semua fluktuasi dollar dilimpahkan ke konsumen supaya harga naik, itu tidak adil,” tegas Budi, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan, produsen harus bekerja keras agar harga tidak naik. Cara yang dipakai saat ini adalah mengurangi biaya produksi tanpa melemahkan kualitas. Hal ini menurut Budi ada hubungannya dengan para pemasok komponen untuk menemukan solusi, yaitu menyediakan komponen dengan kualitas yang sama namun dengan harga lebih murah.
Tingkatkan lokal konten
Tentu, hal tersebut bergantung kandungan lokal produk yang harus cukup besar. Budi mengatakan bahwa NMI berusaha terus menaikkan komponen lokal untuk mengurangi biaya produksi. Hingga saat ini, Nissan Grand Livina sudah mengandung 70-80 persen komponen lokal. X-Trail terbaru 40 persen.
Rata-rata mobil Nissan yang diproduksi di Indonesia dan baru launching mempunyai kandungan komponen lokal di awal sebesar 30 persen. Presentase ini akan terus dinaikkan seiring dengan berjalannya produksi.