Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

APM Otomotif Banyak yang Tutup, Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Jadi Biangnya

"Akhirnya rugi kan. Siapa yang tahan ruginya banyak?"

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in APM Otomotif Banyak yang Tutup, Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Jadi Biangnya
TRIBUNNEWS/CHOIRUL ARIFIN
Subronto Laras 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tutupnya sejumlah agen tunggal pemegang merk seperti PT Ford Motor Indonesia dan PT Mabua Harley Davidson (MHD) selain karena faktor melemahnya permintaan pasar terhadap produk otomotif dari merk-merk tersebut akibat perlambatan ekonomi Indonesia, juga dipicu oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Apalagi, kedua brand mengimpor kendaraannya dari pabriknya di luar negeri.

"Saya pikir begini, kalau bermain impor, kayak Chevrolet dan Ford, ada jugaHarlaey Davidson, problemnya semata-mata karena (kurs) rupiah kita fluktuatif. Setahun, dua tahun itu bisa 30 persen bedanya. Nah cost-nya itu. kalau impor kan mesti cost yang baru. Harga jualnya (jadi berapa) itu masalahnya," kata tokoh otomotif nasional Subronto Laras saat dimintai pendapatnya tentang tutupnya sejumlah APM otomotif Tanah Air.

Subronto menyampaikan pendapatnya ini di sela acara peluncuran motorsport terbaru Suzuki, All New Satria F150 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Selasa (16/2/2016).

Menurut Subronto, fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS yang terlalu tajam membuat pengusaha sulit menentukan harga jual produk otomotifnya ke konsumen.

Ini karena harga harus selalu disesuaikan dengan nilai tukar rupiah terbaru agar tidak merugi.

Menurutnya, APM tidak mungkin menjual produk otomotifnya ke masyarakat dengan harga yang tetap dipertahankan sama, sementara nilai kurs rupiah terus merosot.

Berita Rekomendasi

"Akhirnya rugi kan. Siapa yang tahan ruginya banyak?"

Subronto tak menampik, Indomobil juga masih mengandalkan komponen impor untuk sejumlah produk otomotif di bawah grupnyanya yang dijual ke masyarakat.

Namun, Indomobil masih bisa bertahan menghadapi hempasan fluktuasi kurs rupiah karena menerapkan kebijakan subsidi silang.

"Itu nggak gampang juga. Jadi kita saling support. Yang ini subsidi yang ini, karena (masih satu) grup kan?" katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas