Penjualan Otomotif Lesu, Pasar Aksesoris Mobil Ikut Melemah
"Pasar aksesoris di Indonesia pada 2016 ini sedang turun. Apalagi situasi politik kita kurang mendukung. Itu cukup mempengaruhi.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Penjualan otomotif roda empat yang lesu juga ikut mempengaruhi penjualan produk aksesoris mobil.
Hal itu dirasakan pengusaha aksesoris yang tergabung di Perkumpulan Pengusaha Aksesori Mobil Indonesia (Pahami).
"Pasar aksesoris di Indonesia pada 2016 ini sedang turun. Apalagi situasi politik kita kurang mendukung. Itu cukup mempengaruhi. Orang beli mobil, yang penting mobil bisa jalan dulu, keputusan membeli aksesoris belakangan," kata Irwan Kusuma, Sekretaris Jenderal Pahami di sela acara deklarasi asosiasi ini di Kemayoran, Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Namun Irwan optimistis ke depan pasar aksesoris mobil akan kembali meriah seiring dengan tren berkendara masyarakat.
Pahami beranggotakan beragam pengusaha aksesoris mobil, mulai dari pengusaha jok kulit, velg, kaca film, car audio, dan lain-lain.
Di Jakarta saja, asosiasi ini mengklaim memiliki sekitar 100-an member. Asosiasi ini untuk sementara hanya merekrut pengusaha aksesoris lapis pertama dan kedua, yakni kalangan produsen dan importir aksesoris serta perusahaan distributor.
Roda organisasi ini dijalankan dari kantor sekretariat mereka di Jl RE Martadinata, Ancol, Jakarta.
"Kita akan gabung pemain aksesoris yang sudah lima tahun berkecimpung di bisnis ini. Untuk retailer atau toko pengecer, kita belum ajak gabung," ujar Irwan Kusuma yang juga Presdir di perusahaan aksesoris audio mobil Venom Indonesia ini.
Irwan menjelaskan, dengan bergabung di asosiasi, pengusaha aksesoris bisa lebih nyaman berbisnis dan menjalankan usahanya.
Misalnya, untuk mengikuti pameran otomotif, mereka bisa mewadahi anggotanya dan menuntut alokasi dan space pameran yang lebih memadai, tak lagi dianaktirikan seperti terjadi selama ini.
Selain itu, wadah semacam ini juga untukmencegah terjadinya praktik perang harga diantara produsen dan distributor aksesoris, praktik penjualan produk aksesoris berkualitas jelek yang merugikan konsumen dan lain-lain.
Soal perlindungan konsumen ini, pihaknya akan membuka saluran hotline pengaduan bagi konsumen jika mereka menemukan produk aksesoris anggota Pahami yang kualitasnya ternyata jelek.
"Soal hak konsumen sebagai end user, selama ini masih banyak terjadi keluhan kualitas produk yang jelek. Misalnya, produk audio yang baru dipakai beberapa waktu saja sudah jebol. Selama ini konsumen merk aksesoris tertentu yang kualitasnya jelek sulit melakukan komplain atau pengaduan. Dengan adanya asosiasi, bisa mewadahi keluhan konsumen. Konsumen bisa buat pengaduan keluhan produk aksesoris melalui telepon ke asosiasi," jelas Irwan Kusuma.
"Kita tak mau ada produk bajakan. Kita ingin rekrut member yang sudah lima tahun bermain di bisnis aksesoris," imbuhnya.
Pendirian Pahami dirintis oleh 15 pengusaha aksesoris mewakili masing-masing industri aksesoris. Ke depan, asosiasi ini akan diperluas lingkup organisasinya dengan mendirikan pengurus di tingkat daerah seperti Surabaya, Semarang dan Medan.