Akan Dibanderol Murah, Vietnam Rintis Pembuatan Mobil Nasional
Untuk mengembangkan proyek mobil nasional, mereka akan menggandeng perusahaan Amerika dan Eropa untuk membantu membuat komponen utama seperti mesin
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vietnam selangkah lebih maju ketimbang Indonesia dalam mengembangkan mobil nasional. Adalah konglomerasi bisnis Vietnam yakni Vingroup JSC yang bersiap mengembangkan mobil merek lokal dengan harga terjangkau di negeri tersebut.
Sejatinya, Vingroup merupakan perusahaan properti terbesar di Vietnam. Tetapi kemudian merambah ke bisnis lain, termasuk bisnis ritel dan yang paling baru otomotif.
Di bisnis otomotif, Vingroup mendirikan perusahaan baru bernama Vinfast.
Bloomberg, Sabtu (2/9/2017) melansir kabar, Vingroup bakal menginvestasikan dana hingga US$ 3,5 miliar untuk mendirikan kompleks manufaktur otomotif termasuk pusat penelitian dan pengembangan.
Targetnya, dalam tempo 24 bulan atau dua tahun, model produk mobil perdana sudah bisa dibuat.
Akhir pekan ini, Vingroup yang berbasis di Hanoi ini, mulai melakukan ground breaking pabrik tahap pertama dengan nilai investasi US$ 1 miliar sampai US$ 1,5 miliar.
Vinfast akan membuat mobil jenis sedan, kendaraan sport, dan bahkan juga menyiapkan mobil listrik untuk masa mendatang.
"Kami ingin menciptakan mobil yang terjangkau dan berkualitas tinggi untuk orang Vietnam," kata Vice Chairwoman Vingroup Le Thi Thu Thuy.
Vingroup telah menandatangani nota kesepahaman dengan salah satu bank investasi besar mengenai potensi pinjaman sebesar US$ 800 juta. Cuma, Vingroup berencana mendanai sendiri sebagian besar proyek tersebut.
Ambisi Vietnam tersebut serupa yang dilakukan perusahaan di China dan Malaysia.
Yakni menciptakan mobil merek lokal dengan harga lebih murah untuk menandingi mobil buatan merek asing yang sudah bertahun-tahun mendominasi seperti Toyota Motor Corp. dan Volkswagen AG.
Jelas ini menjadi tantangan berat. Steve Man, analis industri otomotif Bloomberg Intelligence mengatakan, Vingroup akan menghadapi tantangan yang sama seperti produsen mobil China, yang harus berjuang keras untuk mencuil pasar di China yang merupakan pasar otomotif terbesar dunia.
Perusahaan otomotif China seperti Geely, BYD, Beijing Auto dan Chery telah berusaha bertahun-tahun menjual mobil domestik.
Menurut Asosiasi Manufaktur Mobil China, Penjualan mobil yang mengusung merek China menyumbang 43,5% dari total penjualan mobil di periode Januari-Juli 2017.
Menurut data Asosiasi produsen Mobil Vietnam, Toyota merupakan produsen mobil yang menguasai Vietnam dengan pangsa pasar 23% per Juli 2017. Menyusul di belakangnya Ford Motor Co dengan pangsa pasar 12%.
Dengan harga murah, Vingroup mengincar pasar para pemilik kendaraan roda dua di Vietnam. Saat ini terdapat sekitar 90 juta pengendara motor dan skuter di Vietnam.
Vingroup tak sendirian mengembangkan mobil nasional. Thuy mengatakan, pihaknya akan menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat dan Eropa untuk membantu membuat komponen utama seperti mesin. Sedangkan untuk desain mobil, Vingroup bekerja sama dengan perusahaan Italia.
Vingroup serius menggarap proyek ini. Bahkan konglomerasi ini akan menunjuk seorang eksekutif dari produsen mobil global untuk menjadi Chief Executive Officer Vinfast.
Thuy menargetkan Vinfast bisa memproduksi hingga 500.000 unit mobil per tahun pada tahun 2025.
Michel Tosto, analis Viet Capital Securities JSC mengatakan, proyek mobil ini akan menjadi tantangan yang sangat sulit.
Apalagi Vingroup tak memiliki keahlian di otomotif. Ia menyarankan Vingroup bekerja sama dengan produsen otomotif asing. "Ini adalah ruang sangat kompetitif yang didominasi oleh merek asing." kata Tosto seperti dikutip Bloomberg.
Thuy pun menyadari proyek ini sangat rumit. Namun harus dimulai. "Saya tidak mengatakan itu akan mudah," kata Thuy.
Penulis: Komarul Hidayat