Pengunaan BBM Oktan Tinggi Tak Serta Merta Turunkan Emisi Gas Buang, Wajib Dibarengi Ini
penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan oktan tertentu secara teknis akan berhubungan dengan kompresi rasio mesin.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jangan asal pilih Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kendaraan kesayangan, jika tak ingin mobil maupun motor bermasalah dan berkontribusi pada pencemaran lingkungan.
Pengamat otomotif, M Wahab S mengatakan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan oktan tertentu secara teknis akan berhubungan dengan kompresi rasio mesin.
Kompresi rasio merupakan perbandingan antara volume silinder ketika piston berada di titik yang paling terendah dan tertinggi.
Baca juga: Pemerintah Jamin Pasokan BBM dan LPG Aman Saat Libur Lebaran
Apabila perbandingan yang ada di piston ini semakin tinggi maka dapat diartikan bahwa bahan bakar yang digunakan dalam jumlah besar.
"Memang ada penelitian bahwa peningkatan angka oktan atau Research Octane Number (RON) bisa menurunkan emisi, tetapi itu semua tergantung beberapa faktor. Misalnya, ada mobil yang harus disetting ulang secara manual, terutama mobil-mobil lama. Ada pula yang secara otomatis control electronik membaca dan melakukan penyesuaian langsung," tutur Wahab saat dihubungi Tribunnews, Senin (15/3/2021).
Baca juga: Diskon Pertamax Series Bisa Bikin Konsumen Pindah ke BBM Ron Tinggi
Lebih lanjut, penggunaan BBM oktan rendah pada mobil yang membutuhkan minimum oktan tertentu akan mengakibatkan kerusakan mesin dalam jangka panjang.
Sementara penggunaan oktan tinggi pada mobil yang memerlukan oktan lebih rendah, akan mengakibatkan cost pemakaian menjadi tinggi.
Menurut Wahab, BBM yang tersedia di Indonesia sudah cukup baik dengan nilai oktan mulai dari 90-98, sebab mayoritas mobil sudah menggunakan RON tersebut.
Namun, untuk menurunkan emisi gas buang, perlu dilakukan langkah-langkah lain, selain mengganti penggunaan BBM beroktan rendah ke tinggi.
"Logika sederhananya adalah mengurangi kendaraan berbahan bakar fosil di jalanan akan membuat karbon emisi turun, artinya ini kebijakan di level pemerintah pusat yang harus didukung oleh daerah. Misal dengan mengarahkan penggunaan mobil listrik (electric vehicle) atau hybrid," terangnya.
Selain itu, memaksimalkan penggunaan transportasi massal yang nyaman bisa dimasukkan ke dalam rancangan kebijakan untuk mengurangi emisi gas buang.
Selanjutnya, cara lain untuk mengurangi emisi adalah memodifikasi aturan jalan raya sehingga mengurangi kemacetan.
"Kalau dari sisi bahan bakar, seperti yang saya jelaskan di atas ada impact-nya tetapi tidak secara langsung, namun tentunya penggunaan bahan bakar nabati akan lebih baik daripada fosil," ungkap Wahab.