Indonesia Buka Peluang Terima Relokasi Manufaktur Otomotif dari Rusia
Invasi Rusia ke Ukraina, membuat negara Beruang Merah dijatuhi sanksi dari Eropa dan Amerika dengan dibatasinya ekspor dari negara tersebut.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina, membuat negara Beruang Merah dijatuhi sanksi dari Eropa dan Amerika dengan dibatasinya ekspor dari negara tersebut.
Selain itu, berbagai perusahaan manufaktur seperti otomotif juga memberhentikan operasional mereka di negara yang di
Baca juga: Pameran Otomotif Jakarta Auto Week 2022
pimpin Vladimir Putin.
Pembatasan ekspor membuat berbagai negara terdampak, tak terkecuali Indonesia. Namun, ini juga membuka celah peluang dengan adanya isu dari berbagai manufaktur otomotif yang ada di Rusia berencana untuk melakukan relokasi.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan saat melihat masalah harus dilihat secara jeli, agar dapat memanfaatkan segala peluang yang ada.
Baca juga: Pilihan Promo Menarik dari Hyundai Suzuki dan Mitsubishi di Jakarta Auto Week 2022
"Kita melihat bahwa ekspor produk dari Rusia maupun Ukraina kepada negara di dunia ini dibatasi akibat dari embargo atau sanksi. Ini menjadi potensi bagi produk dari Indonesia untuk mengisi. Potensi kedua dan sedang kami dalami adalah adanya pemikiran dari perusahaan multinasional untuk melakukan relokasi keluar dari Rusia. Ini potensi untuk kita untuk bisa menarik agar masuk ke Indonesia," ungkap Agus di Jakarta Auto Week, JCC, Jakarta, Selasa (15/3/2022).
Sebagai informasi, beberapa produsen mobil seperti Volkswagen, Renault dan beberapa produsen lain telah memberhentikan produksi sementara waktu sejak invasi dimulai.
Akibat embargo dari beberapa negara, industri di Indonesia seperti sektor logam ikut merasakan sedikit dampaknya.
Baca juga: Ini Pilihan Promo Besar-besaran Suzuki di Pameran Jakarta Auto Week
Akan tetapi, dampak tersebut akan bisa diatasi oleh para manufaktur dengan mencari bahan pengganti penunjang produksi.
"Untuk industri logam ada yang mendapat bahan baku dari sana, namun kita coba cari alternatif atau substitusi-nya dari negara lain dan memang dampak langsung ini dari konflik Rusia-Ukraina ini tidak terlalu besar bagi industri kita. Semuanya bisa kita mitigasi baik itu impor bahan baku seperti gandum, sebagian logam," jelas Menperin.
Yang saat ini menjadi perhatian dari pemerintah itu adalah dampak tidak langsung dari berlangsungnya perang Rusia-Ukraina.
"Itu sangat tergantung dari berapa lama konflik itu terjadi, karena kami sudah melakukan simulasi 3 bulan konflik dan satu tahun konflik. Ini yang akan menjadi pegangan bagi pemerintah," imbuh Agus.