Insentif EV Dihapus, Harga Mobil Listrik Hyundai di Amerika Bakal Tak Terjangkau Kembali
Kendaraan EV buatan pabrik Korea Selatan yaitu Hyundai Motor Co dan Kia Corp, serta Porsche Automobil Holding SE dari Jerman kini dipatok harga tinggi
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Kebijakan presiden Amerikan Serikat Joe Biden mengurangi dampak inflasi dengan memangkas insentif kredit pajak pada 70 kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) impor, telah membuat sektor otomotif asal Korea Selatan ketar – ketir.
Munculnya Undang-Undang Pengurangan Inflasi Amerika Serikat (IRA) yang ditandatangani Biden pada Selasa (15/8/2022), membuat pajak dan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik yang dibuat di luar Amerika Utara terpaksa dihapuskan.
Dengan rilisnya UU baru tersebut, kini 70 persen dari 72 model EV buatan pabrik Korea Selatan yaitu Hyundai Motor Co dan Kia Corp, serta Porsche Automobil Holding SE dari Jerman kini kembali dipatok dengan harga yang relatif tinggi.
Baca juga: Jadi Pesaing Tesla, BYD Siap Kuasai Pasar Mobil Listrik Global
Aturan baru ini sontak memicu kekhawatiran bagi ketiga produsen tersebut. Mereka khawatir apabila para pelanggannya yang ada di AS mulai beralih mencari kendaraan EV lainnya yang lebih murah.
"Korea Selatan dan Jerman, yang mengekspor EV ke Amerika Serikat, memiliki kekhawatiran yang sama tentang Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS," ujar kementerian industri Korea Selatan.
Meski Biden mengklaim cara ini dapat menyelamatkan industri otomotif domestiknya dari ancaman inflasi, namun menurut Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya Korea Selatan Lee Chang hadirnya UU IRA justru melanggar perjanjian perdagangan bebas yang telah dibuat Korea Selatan dan AS.
Sebelum Biden memberlakukan kebijakan tersebut, Korea Selatan diketahui aktif memasok kebutuhan kendaraan hingga baterai listrik bagi Amerika.
Tercatat sepanjang tahun 2021 lalu Korea Selatan setidaknya sudah mengekspor 40 persen baterai listrik untuk China, jumlah ini bahkan meningkat menjadi 80 persen pada tahun 2027 mendatang.
Sementara untuk produksi kendaraan di AS, negeri paman sam ini tiap tahunnya biasa mengimpor 100.000 EV dari Korea Selatan dan Eropa.
Namun setelah AS memberlakukan aturan RIA, kini para produsen yang tergabung dalam kelompok industri otomotif Asosiasi Produsen Otomotif Korea (KAMA) mulai mengejar kerjasama dengan Asosiasi Produsen Mobil Eropa untuk mengajukan keringanan kebijakan pada pemerintah AS di September mendatang.
Belum diketahui bagaimana kesepakatan tersebut akan berakhir, namun usai Biden menandatangani pakta RIA Reuters melaporkan bahwa Hyundai langsung mempercepat tanggal pembangunan EV di pabrik bagian Georgia AS pada akhir tahun ini.
Setelah sebelumnya Hyundai menargetkan pembangunan pabrik EV pada awal 2023. Langkah ini diambil Hyundai guna mengamankan peluncuran 300.000 unit EV di AS.